Jumat, 30 September 2016

MALAPETAKA KEKUASAAN ( Refleksi Gerakan 30 September/PKI )



KEKUASAAN,  siapapun tentu menginginkannya, kenapa? Karena dengan kekuasaan sebagian keinginan manusia dapat dicapai, kekayaan juga ketenaran. Pada hakikatnya kekuasaan adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengelola dan menata apa yang dikuasainya guna meningkatkan harkat, martabat dan kebahagiaan bersama.

Namun, berjalannya waktu kemudian akan membuktikan seperti apa sesungguhnya pemilik kuasa. Hampir semua manusia melakukan segala cara untuk menggenggam kekuasaan. Orang baik akan menggunakan cara-cara yang etis dan bermartabat, sedangkan mereka yang dalam rongga hatinya dipenuhi nafsu angkara akan menggunakan 1001 jalan baik halal maupun haram untuk duduk dalam kekuasaan.


Yang lebih berbahaya jika para perebut kuasa menggunakan beraneka topeng malaikat untuk menipu rakyat agar menambatkan simpati dan mandat. Namun, setelah kuasa ditangan jangankan rakyat yang lugu, jujur, polos bahkan berpendidikan rendah saja yang dikhianati, teman seperjuangan bahkan yang memasang badan dalam kondisi mempertaruhkan nyawapun akan disingkirkan untuk melanggengkan kekuasaan, supaya tak ada riak dalam menikmati kekuasaan, agar tak ada duri dalam daging renyah kekuasaan yang sedang dilahapnya.

30 Sepember 1965 adalah sepenggal kisah dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia yang tentunya akan menjadi jejak tak bisa dihapuskan ketika berbicara tentang Negeri ini. Lepas dari kontroversi apapun yang ada didalamnya. Baik itu scenario Amerika dengan CIAnya, jumlah korban sepanjang penumpasan PKI, Misteri Supersemar dan lain sebagainya. Saya melihatnya semua berawal dari bagaimana memberlakukan kekuasaan (meraih, mengelola dan mendistribusikan).

Peristiwa semacam ini bukan tidak mungkin akan terulang lagi, baik itu berskala lebih kecil maupun besar didalam tubuh bangsa ini. Hal itu tentu saja tidak serta merta timbul seketika, namun memiliki jangka yang cukup panjang seperti peristiwa 30 September 1965 dengan factor-faktor pemicunya.

Kekuasaan bisa melahirkan kesejahteraan dan kemakmuran atau kebalikannya akan melahirkan malapetaka. Malapetaka bisa selesai bersamaan dengan usainya peristiwa, namun yang lebih pahit jika ia melahirkan dendam dan menumbuh suburkan amarah berbagai generasi dibawahnya. Ini sangat berbahaya ibarat menyimpan bara dalam sekam. Malapetaka kekuasan bisa berupa : Ketimpangan ekonomi, diskriminasi perlakuan antar daerah, dominasi asing atas kemandirian bangsa, bobroknya perilaku penyelenggara Negara yang menindas, tebang pilih dalam penegakan hukum dan sebagainya.

Penguasa dengan sebesar apapun kekuasan digenggamannya jangan merasa nyaman jika menyadari melakukan penyimpangan, namun rakyat diam karena tidak bisa berbuat apapun melawan. Tapi yang perlu diyakini bahwa DIAM itupun sebenarnya adalah bentuk perlawanan yang pada waktunya nanti menemukan titik klimaks ledakan, bisa jadi pada saat penguasa sedang lengah dalam buaian kekuasaan yang berbuah malapetaka.

Ujung Pena Cordova 03, 30 Sepetember 2016
Sambil menunggu Nonton Film Pengkhianatan G 30 S/PKI


IWAN Wahyudi
www.iwan-wahyudi.net

Related Posts

MALAPETAKA KEKUASAAN ( Refleksi Gerakan 30 September/PKI )
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.