Kamis, 23 April 2020

01 [RAMADHAN TAK SUNYI]


Bulan yang dirindu sepanjang tahun itu tiba, do'a yang diucapkan dipenghujung bulan suci setahun lalu benar-benar dikabulkan-Nya. "Lubang-lubang" Ramadhan tahun lalu, setidaknya bisa dimaksimalkan agar tidak terulang kembali. Tamu agung itu datang dengan segala kemuliaan yang telah dijanjikan-Nya.
Ramadhan tahun ini memang berbeda bagi diri kita. Wabah Covid-19 yang telah menjadi pandemi bukan hanya Indonesia tapi juga dunia, ia peristiwa sejarah besar dan bisa jadi tak terulang dalam jangka waktu lama. Iya, kita berada dalam peristiwa itu, namun takdir-Nya menghibur kita dengan sapaan bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan. Sebaik-baik kita yang berbahagia dan menghormati kedatangan tamu.

Pahala amal di bulan Ramadhan yang dilipat gandakan tak terkira itu tak berkurang sedikitpun oleh pandemi corona. Karena ia bagian kemuliaan yang dibawa Ramadhan.

Qiamullail lail tak lagi seramai biasanya, terutama tarawih dan witir di masjid dan langgar. Bukankah dulu juga Rasulullah Shalat Tarawih juga di rumah? Rasa khusyuk jiwa kita makin mudah dihadirkan saat sunyi bukan?

Malam yang lebih baik dari seribu bulan, Lailatul Qadar apakah akan alfa kehadirannya jika tak diperingati di masjid dan mushalla. Malam itu milik mereka para pemburunya yang senantiasa menghidupkan malam.

Apakah ada yang kurang jika sedekah dan infaq kita tak diumumkan usai Shalat Isya dan Tarawih? Sungguh tidak, pahalanya akan tetap, bahkan sedekah yang baik ketika dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri tak melihat dan mengetahuinya, bukan?

Lantunan tilawah dan tadarus Al-Qur'an kita apakah akan berkurang syahdunya saat dibacakan dan mengisi ruang-ruang rumah kita? Bukankah itu makin menambah kehangatan keluarga yang pada waktu-waktu lalu selalu terkalahkan oleh pekerjaan dan rutinitas padat kita.

Berbuka puasa di rumah tak akan berkurang keistimewaannya saat kita diberikan dua kegembiraan yang di janjikan oleh-Nya. Bergembira karena mendapat pahala dari-Nya dan merasakan nikmatnya santapan dan minuman berbuka.

Dalam hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman,
“Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.” (muttafaq ‘alaihi).

Dunia kita memasuki era online sudah cukup lama dan kita bukan hanya berada di era itu tapi juga menggunakan perangkat-perangkat online tapi sekedarnya saja. Sekedar mendownloadnya dan menggunakan seadanya saja, padahal milenial dan bonus demografi negeri ini berada dalam populasi online tersebut.

Walaupun Ramadhan kali ini akan lebih sunyi dalam dimensi offline, tapi ia akan semarak dan ramai dalam ruang online yang bisa menembus ruang dan waktu. Sunyi atau semaraknya, sejuk atau gersangnya Ramadhan itu ada dalam rasa dan jiwa kita masing-masing. Mari sambut dengan sepenuh hati, dengan segala bahagia yang dimiliki karena ia membawa kemuliaan yang berlimpah dari yang Maha Memberi Kebahagiaan, Allah SWT.

“Bulan Ramadhan telah tiba menemui kalian, bulan (penuh) barokah, Allah wajibkan kepada kalian berpuasa. Pada bulan itu pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu (neraka) jahim ditutup, setan-setan durhaka dibelenggu. Padanya Allah memiliki malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang terhalang mendapatkan kebaikannya, maka sungguh dia terhalang (mendapatkan kebaikan yang banyak).” (HR. Nasa’I dan Ahmad)

Marhaban Ya Ramadhan....
Mohon ma'af atas segala khilaf dan salah selama ini. Saatnya memasuki bulan suci dengan hati bersih.

https://erantb.com/ramadhan-tak-sunyi/

23042020
#IWANwahyudi
#InspirasiWajahNegeri
#MariBerbagiMakna
@inspirasiwajahnegeri
@iwanwahyudi1

Related Posts

01 [RAMADHAN TAK SUNYI]
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.