Sabtu, 01 Agustus 2015

TERNYATA KEBIJAKAN GIZI KITA BEGITU PINCANG


Tujuh tahun yang lalu untuk pertama kali saya mendengar kosakata busung lapar. Anak-anak Negeri yang kaya ini ternyata bisa kelaparan dan kekurangan gizi. Isu ini terus menggelinding bagai bola salju. Daerah yang ditemukan terdapat busung lapar/gizi buruk seakan menjadi aib. Semua berlomba, berpacu agar daerahnya bebas busung lapar/gizi buruk.

Tubuh memelukan gizi, selain bernilai tinggi juga harus seimbang. Manusia modern sering mengedepan asupan gizi jasadiyah sampai harus berkonsultasi atau memiliki kosultan gizi keluarga seperti layaknya dokter keluarga. Namun,  Asupan gizi ruhaniyah cenderung kurang mendapat perhatian apalagi pemenuhan. Akibatnya terjadi stressor*) dosis tinggi karena beban hidup yang tidak diimbangi oleh dosis gizi ruhaniyah yang cukup. 

Asupan gizi ruhaniyah yang tidak bergaris lurus dengan hebatnya stressor yang kemudian menjadi salah satu penyebab jeritan jiwa yang sangat memilukan, menahan derita yang tak mampu disandang.
Anak-anak Negeri yang berpacu memenuhi asupan gizi ruhiyahnya supaya seimbang selalu dicurigai, disematkan berbagai label negative. Anak-anak rohis yang mencari asupan gizi ruhaniyah diluar pelajaran rutin sekolahnya (ektrakulikuler/ekskul) pernah dicap sebagai teroris oleh salah satu stasiun TV Berita swasta dan akhirnya mereka menarik kembali cap teroris terhadap rohis setelah mendapat gelombang protes. Ada pula santri-santri di Pesantren yang notabenenya sangat berperan dalam memerdekakan bangsa ini dari cengkraman penjajah malah dikumpulkan sidik jarinya, ah seperti orang-orang bersalah dan pelaku kejahatan saja.

Kebijakan gizi yang pincang ini tidak mendapat perhatian apalagi pemenuhan kebijakan yang serius, akhir-akhir ini bangsa kita kaget dan beberapa waktu terakhir mengumumkan kondisi darurat : Darurat Korupsi, Darurat Mafia Peradilan, Darurat Narkoba, Darurat Prostitusi dan darurat-darurat lainnya.

Secara sunatullah jika seorang dalam waktu lama tak mampu menahan deraan stressor yang bertubi-tubi dan asupan gizi ruhaniyahnya deficit, maka organ-organ tubuhnya akan menjerit-jerit pula dikarenakan tak mampu menahan beban dan tekanan.

Tidak semua orang memiliki kepekaan mendengar jeritan jiwa dan fisiknya yang tertekan. Tanpa sadar juga mereka tak tau dalam dirinya telah bersarang sejumlah problem yang membahayakan eksistensinya sebagai manusia. Ujung semua itu jeritan yang menunjukkan kepedihan jiwa dan rintihan hati dan fisiknya mengekpresi diberbagai perilaku baik individual maupun socialnya.

“ Itulah hukum-hukum Allah dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.”
(QS. Al-Thalaq : 1 )


Kamis, 04 Juni 2015
(Depan Kampus Baru IAIN Mataram)

IWAN Wahyudi


*)Stresor (stressor) adalah stimulus atau peristiwa yang menimbulkan respon stres pada organisme. Stresor dapat dikategorikan sebagai akut atau kronis, eksternal atau internal terhadap organisme.

Related Posts

TERNYATA KEBIJAKAN GIZI KITA BEGITU PINCANG
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.