Kamis, 01 September 2016

IZINKAN UJUNG PENAMU MELINTASI ZAMAN



“ Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian “
Pramoedya Ananta Toer (Novelis Indonesia)

Bagaimana caranya kita yang hidup hari ini mengetahui tentang kejadian yang terjadi puluhan ribu tahun yang silam ? Bagaimana kita mengerti pikiran-pikiran besar manusia-manusia luar biasa yang pernah hadir dimuka bumi berabad-abad yang lalu ? Bagaimana caranya kita menyelami hasil-hasil penelitian dan temuan ilmuwan-ilmuwan hebat yang telah menemukan teori dan alat-alat yang sangat berguna bagi kemanusiaan hingga hari ini, padahal itu terjadi ribuan tahun silam ?

Hampir kita semua tentunya sepakat dan menjawab dengan MEMBACA. Aktifitas membaca tentunya tidak mungkin terjadi dan mustahil terwujud jika tidak ada sesuatu obyek yang kita baca, kita membaca tentunya memerlukan tulisan. Begitulah dahsyatnya dua aktifitas bagai dua keping mata uang yang tak dapat dipisahkan ini : Menulis dan membaca.
Saya juga yakin jauh berabad-abad silam pasti ada manusia-manusia biasa yang memiliki ide dan pikiran juga kisah unik yang luar biasa, namun kenapa hal itu tidak sampai pada generasi kita hari ini ?, karena mereka manusia biasa seperti kebanyakan orang saat itu, tentu memiliki keterbatasan. Mereka tidak memiliki kemampuan baca tulis, tidak memiliki alat tulis seperti maraknya saat ini, kelas social mereka tidak memungkinkan hal itu terjadi karena aktifitas keilmuwan (baca tulis) masih dibatasi segelintir manusia yang kerdil saja.
Mereka yang tulisannya bermutu dan mengabadi hingga saat ini, tidak semua ditulis dalam susana lingkungan yang nyaman dan mendukung. Tak sedikit diantara mereka yang menggoreskan penanya ditengah berkecamuknya perang, dilembar-lembar kusam kertas yang terbatas jumlahnya, bahkan didalam sel-sel penjara yang gelap. Tafsir Fi Zilalil Qur’annya Sayyid Quthb, Tafsir Al-Azharnya Buya Hamka, Indonesia Mengggugatnya Bung Karno dan lainnya ditulis dalam jeruji besi yang kita semua sepakat diruang itu penuh dengan keterbatasan dibanding kita yang hidup bebas saat ini.
Kita mungkin ditakdirkan juga sebagai orang biasa sebagaimana kebanyakan manusia hari ini, Namun hampir semua kebutuhan standar kita miliki : Bisa bersekolah hingga pandai baca tulis hitung, mudah mendapatkan buku bacaan dan alat tulis, tidak diboikot hak-hak untuk menulis, perangkat handphone/Gadget yang terhubung social media selalu dalam genggaman dan lebih sering dibuka dibanding dompet sendiri. Kita juga tentu punya kenangan, pengalaman, pikiran baik yang unik, aneh bahkan remeh-temeh menurut sudut pandang kita hari ini, seperti para pejuang kemerdekaan menganggap heroisme perjuangan mereka adalah hal biasa yang mereka lakukan karena semua orang saat itu melakukan hal serupa, padahal semua itu adalah sesuatu yang sangat bermakna dan tak biasa bagi mereka yang akan hidup dimuka bumi esok nanti.
Mari genggam kembali pena yang telah lama mengering, ambil lembaran-lembaran kusam kertas-kertas dilaci, tekan fasilitas teks dan sejenisnya di layar handphone/gadget. Mulailah menulis apa yang kita lihat dan rasakan dengan bahasa kita sendiri yang apa adanya dan kadang berantakan itu, seperti halnya status Facebook kita yang lahir dari sebuah pertanyaan yang selalu muncul saat membuka layanan social media tersebut “ APA YANG ANDA PIKIRKAN ?”. Dan izinkan penamu melintasi beraneka zaman.

“ Ikatlah Ilmu dengan Menulis “
 ( Ali bin Abi Thalib ra),
“ Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis “
( Imam Al-Ghazali)


Jafana Garden, 06.36wita 02 September 2016

IWAN Wahyudi
#KOPinspirasiWAN
 

Related Posts

IZINKAN UJUNG PENAMU MELINTASI ZAMAN
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.