Rabu, 12 April 2023

173 [MENULIS TIMBANGAN]



"Kadang saat kita bocah lebih bisa menghitung amal Ramadhan agar nilai agama tinggi, dibanding kita yang dewasa dengan banyak amal bolongnya dan kepastian hari perhitungan di akhirat kelak."

Salah satu nostalgia kecil yang teringat saat Ramadhan ialah mengisi buku atau lembaran kegiatan Ramadhan yang diperintahkan oleh guru agama. Hampir semua ibadah harian memiliki kolomnya lengkap dengan isi ceramah/kultum, khutbah Jum'at juga khutbah Idul Fitri.

Setelah saya pikitkan sekarang tega juga ya guru saat itu, padahal orang dewasapun banyak yang tidak full ibadah hariannya. Tapi, senang juga sih jadi semangat kala itu dan banyak kesempatan ketemu teman sekolah tiap ibadah di masjid, termasuk takbir semalam suntuk hingga menjelang subuh.

Setiap mengisi lembaran/buku Ramadhan itu terbayang berapa nilai pelajaran agama. Tiap hari kelihatan mana yang bolong dan yang penuh terisi. Hari berikutnya seakan di gas agar penuh. Mau isi bohongan alias manipulasi, tidak akan berani karena ada teman yang jadi saksi. Masa isi penuh taraweh padahal semua teman sekolah atau sekelas tau kita bolong datang ke masjid/mushalla. Sebuah cara indah menanamkan pendidikan karakter, menumbuhkan nilai dan kepribadian anak bangsa.

Sampai hari ini saya lihat tradisi itu masih dilakukan disekolah, nah apakah itu disemua sekolah atau menjadi program terserah masing-masing sekolah. Tentu dengan cara yang lebih kekinian seperti mengisinya via aplikasi dong. Saya aja sampai seusia ini masih mengisinya, hitung-hitung untuk nostagia sekalian mengecek sejauhmana karakter itu masih membekas.

"Hisablah dirimu sebelum dihisab, timbanglah diri kalian sebelum ditimbang. Sesungguhnya berintropeksi bagi kalian pada hari ini lebih ringan dari pada hisab di kemudian hari” (HR. Iman Ahmad dan Tirmidzi)

Hal sederhana inikan seperti mengelola negara dengan transparan. Mengisi lembaran/buku capaian kinerja sesuai dengan janji yang pernah diumbar atau rencana pembangunan (RPJM), termasuk realisasi anggarannya sebelum kemudian penyampaian Laporan Pertanggungjawaban. Cuma bedanya bisa "kongkalokong" atau "main mata" antara pengelola/pelaksana dan pengawas. Kalau lembar kegiatan Ramadhan tidak bisa kongkalikong dengan imam atau penceramah biar diparaf penuh atau main mata dengan guru agama agar nilai bisa lebih tinggi dari kondisi sebenarnya.


Menulis timbangan amal sendiri ini, ibarat mendeteksi dini aib diri. Sebelum orang lain tau bisa segera diperbaiki. Lebih-lebih sebelum saat perhitungan di akhirat kelak yang tak akan ada celah setipis apapun mengelak apalagi menyogok. Hasan Al Basyri pernah berkata, “Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia menghisab dirinya karena Allah. Karena sesungguhnya hisab pada hari kiamat nanti akan ringan bagi mereka yang telah menghisab dirinya di dunia.

Yuk kita lirik kembali catatan kegiatan Ramadhan 20 hari yang berlalu. Jika malu menimbangnya, masih ada 10 hari terakhir untuk gas poll agar timbangannya minimal membuat senyum kita lahir batin saat lebaran nanti. Bukan pura-pura menang padahal nilai jeblok dan hancur. Cuma kita tidak malu aja karena Allah swt menutupnya dengan semua amal ibadah puasa Allah sendiri yang tau karena amal rahasia yang "tersembunyi".

“ Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab." (Umar bin Khattab ra)

101/365 25/30
12042023, 12:51
@inspirasiwajahnegeri
@jejakaksarapublisher
@iwanwahyudi1

Related Posts

173 [MENULIS TIMBANGAN]
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.