Dalam kehidupan manusia disadari atau tidak,
selalu dipenuhi oleh pilihan-pilihan dalam setiap aktifitasnya. Dan dalam
setiap pilihan-pilihan itu ada dua kekuatan yang akan mendasari
keputusan-keputusan yang diambil, kekuatan pilihan berdasarkan nurani atau
kekuaran pilihan hanya berdasarkan nafsu semata. Setiap pilihan tentu bukan
sesuatu yang berlalu begitu saja tetapi memiliki konsekuensi-konsekuensi yang
akan dipertanggungjawabkan, bahkan keputusan pilihan-pilihan cenderung
menggambarkan karakter si pengambil keputusan.
Keputusan
dan pilihan yang diambil dalam setiap permasalahan kehidupan selalu ada
konsekuensinya. Pilihan satu paket dengan resiko yang harus diterima oleh
pemilihnya, keputusan sejalan dengan pertanggugjawaban yang melekat pada
sipengambil keputusan. Dalam sejarah kehidupan yang dilalui pasti akan
dihadapkan pada pilihan terbaik maupun buruk, dan seseorang harus mampu
mengambil salah satu pilihan tersebut bahkan dalam kondisi genting dan ekstrim sekalipun
dari dua pilihan yang disediakan : kebaikan atau keburukan, kejujuran atau
kebohongan, jalan terjal atau jalan mendatar, jalan keselamatan atau kesesatan.
Pada
umumnya dalam setiap keputusan dan pilihan-pilihan yang diambil oleh seseorang
dapat mewakili cerminan corak dan bentuk kepribadian sipengambil keputusan.
Keputusan melambangkan orientasi hidupnya, sedangkan orientasi hidup dibentuk
oleh kecenderungan-kecenderungan, keyakinan-keyakinan yang mendasarinya serta
visi hidup yang menjadi tujuan akhir dirinya.
Tidak
jarang pilihan-pilihan personal juga mempengaruhi tata kehidupan social, karena
adalah fitrahnya bahwa manusia adalah makhluk social yang selalu hidup
bermasyarakat dalam menggapai tujuan hidupnya. Dalam pilihan social tentunya
juga memiliki konsekuensi yang bukan dalam lingkup kecil personal saja, namun
menjadi resiko yang ditanggung masyarakat antara tata social yang adil atau
tidak, menyejahterakan atau menyengsarakan, merubah pada kebaikan atau
terperosok pada kehancuran. Nasib seseorang, sebuah komunitas bahkan bangsa dan
Negara dalam kehidupan social ditentukan oleh pilihan ideologisnya bukan
sekedar pilihan berorientasi pada asas keuntungan materi semata.
Keputusan
yang salah kadang melahirkan kekecewaan dibelakang hari, kekecewaan atas
pilihan bisa jadi disebabkan karena kecewa oleh keadaan atau akibat kekecewaan
dia yang menyebabkan keadaan itu mengecewakan.
Manusia
diberikan kebebasan dalam memilih dan memiliki kebebasan berkehendak. Dalam
menghadapi pilihan-pilihan yang membuatnya harus mengambil keputusan, manusia
dikaruniai perangkat yang sejak lahir sudah menyertainya. Perangkat itu adalah
alat persepsi yang handal sebagai penimbang pengambil keputusan berupa akal dan
hati yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan baik, benar, tepat, bagi
keselamatan, kemajuan, kesejahteraan dan kemuliaannya, baik sebagai personal
maupun komunitas serta masyarakat, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
baik di dunia ini atau diakhirat kelak.
Selain
dua perangkat bawaan secara individu yang melekat tersebut dalam mengambil
keputusan atas pilihan-pilihan disediakan pula ajaran-ajaran agama yang telah
dituliskan berupa firman Allah SWT dalam Al-Qur’an untuk memandu manusia,
petunjuk mengarungi dinamika problematika kehidupan, membedakan mana yang baik
dan salah, yang benar atau sesat, yang haq atau bathil. Sehingga memudahkannya
dalam menentukan pilihan-pilihannya. Jikapun masih ditimpa
kebingungan-kebingunan diantara banyaknya pilihan-pilihan kerena sebab-sebab
tertentu Islam masih memberikan ruang sebagai jalan keluarnya yaitu shalat
Istikharah.
Dapat
ditarik benang merah dalam setiap pilihan-pilihan hidup hendaknya keputusan
yang diambil harus mengoptimalkan landasan pengambilan keputusan berupa potensi
personal yaitu akal sehat dan kemurnian kalbu (nurani) serta tidak
mengenyampingkan dan meniadakan keterlibatan Sang Pencipta melalui
ajaran-ajaran agama dan petunjuk-Nya melalui shalat Istikharah, agar apapun
pilihan yang diambil konsekuensinya dapat dipertanggungjawabkan baik secara
personal maupun rasionalitas social, pada saat kini maupun akhirat kelak.
Apapun pilihanyang diputuskan setiap prosesnya disertai dengan kesadaran penuh,
bukan hanya ikut-ikutan, asal ngetrend, berdasarkan taruhan, orientasi materi
atau memenuhi hawa nafsu semata.
Selamat
memilih 269 pemimpin daerah (260 kabupaten/kota dan 9 provinsi) dari 1.646
calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilkada serentak 9 Desember 2015
dengan akal, nurani dan landasan ideologis serta keyakinan.
Cordova Street Jafana Garden,
09 Desember 2015
InspirationWednesday
IWAN Wahyudi
www.iwan-wahyudi.net
MENYIKAPI PILIHAN-PILIHAN DENGAN BENAR
4/
5
Oleh
Iwan Wahyudi Net