Kamis, 06 Oktober 2016

HIJRAH dari Keterpurukan Menuju Cahaya Peradaban*


Hijrah sangat identik dengan sebuah peristiwa dalam sejarah Islam dimana ia adalah penanda perantara dimulainya sebuah fase sejarah dari 2 episode besar perjalanan dakwah Rasulullah SAW yaitu dari Fase Makiyah (fase penguatan ajaran tauhid) menjadi Fase Madaniyah (fase membangun dan bernegara).
Fase yang sangat mempengaruhi hampir semua dimensi ruang dan waktu serta muatan sejarah Islam. Proses Hijrah ini kemudian menjadi Inspirasi baik itu berupa ungkapan kata “ Hijrah “ atau dinamika perubahan yang terjadi untuk dilekatkan pada aktifitas keseharian seseorang, institusi maupun Negara dalam merubah kondisinya dari keterpurukan dan kegelapan menjadi kejayaan dan gemilangan cahaya peradaban.
Ruang hijrah dalam setiap dimensi kehidupan setidaknya harus memiliki 3 komponen pelaku utama yaitu : Inisiator yang kreatif, Totalitas para katalisator dan Generasi pewaris kejayaan.

INISIATOR YANG KREATIF

Dalam peristiwa hijrah dapat dilihat bagaimana Rasulullah dan kaum Muhajirin mampu memobilisasi semua potensi kreatif sebagai inisiator hijrah. Bagaimana menentukan dimana tempat tujuan hijrah? , membagi beberapa rombongan hijrah ketempat lain untuk memperoleh suaka sebelum kemudian menjadikan Madinah sebagai tujuan Hijrah yang utama, mengutus orang-orang pilihan untuk melakukan prakondisi tempat hijrah, membagi rombongan hijrah seacara bertahap dan siapa saja yang diikut dalam masing-masing gelombang, mengapa Rasulullah termasuk yang belakangan melakukan hijrah?, menempatkan siapa saja yang masih di Mekah saat Rasul dan Abubakar Hijrah?, Rute perjalanan Hijrah Rasulullah dan lain sebagainya. Ini semua tentunya tidak dipersiapkan secara mendadak apalagi spontan, namun telah melalui sebuah proses pemikiran, perhitungan, perencanaan dan kreatifitas  yang panjang sampai kemudian datang perintah Allah SWT agar Rasullullah berangkat Hijrah.

Dalam kondisi seberat apapun seperti yang dirasakan oleh kaum muhajirin di Mekah : Dimusuhi mayoritas penduduk dan penguasa, dikucilkan keluarga dan kerabat, diembargo bisnis dan ekonominya, ditekan secara mental. Jangan sampai itu semua mematikan gerak dan langkah untuk berpikir kreatif sekaligus menjadi inisiator melakukan perubahan keluar dari tempat yang penuh kehinaan, kondisi yang menyandera keimanan dan spiritualitas sehingga stagnan dan tidak produktif, posisi dimana masa depan sangat suram dan gelap serta dominasi mayoritas kekuasaan dan penduduk yang irasional dalam belenggu kejahiliyahan.

Sosok Inisiator dan creator yang berani tidak boleh terkalahkan oleh apapun, karena darinyalah muncul benih dan tumbuhnya perubahan-perubahan besar maupun kecil sebagai penanda keberadaan  dan bangkitnya sesuatu

TOTALITAS PARA KATALISATOR

Laku hijrah selain para pemeran utama, tentunya harus di topang oleh berbagai daya dukung lainnya yang berfungsi sebagai katalisator, pemercepat terjadinya proses hijrah dan pemercepat tercapainya tujuan hijrah tersebut.
Dalam peristiwa hijrah Rasulullah SAW para katalisator ini diperankan oleh Kaum Anshar di Madinah dengan segala totalitas perjuangannya. Totalitas itu dapat dilihat baik dengan harta, jiwa dan raga. Madinah dan Anshar adalah ruang baru dengan segala potensi mobilisasi SDA dan SDM yang dimilikinya menopang utama Rasulullah dan Muhajirin yang meninggalkan kampung halamannya di Mekah. Sebagaimana dapat kita baca dalam sejarah indah hijrah yang kaya dengan hikmah dan pembelajaran, para katalisator ini dengan lapang dada dipersaudarakan satu persatu dengan saudaranya dari Muhajirin yang tentunya hanya membawa sedikit apa yang terselamatkan dari milikinya dari Mekah, Ada seorang Anshor yang rela membagi dua lahan kebunnya kepada orang yang baru dikenalnya seketika itu dari kaum muhajirin. Sebuah legenda sejarah yang Indah atas totalitas para katalisator hijrah.
Tidak bisa dipungkiri baik secara personal maupun sekelomok masyarakat bahkan sebuah institusi Negara yang sedang bergerak maju apalagi bangkit dari keterpurukan harus memiliki sebanyak mungkin pendukung yang dapat berfungsi sebagai katalisator yang penuh dengan pengorbanan melakukan letupan-letupan pemercepatan di berbagai dimensi kehidupan.

GENERASI PEWARIS KEJAYAAN
Kemuliaan, Ruh, Visi Besar, dan Narasi membangunan peradaban yang menjiwai dan dibawa oleh peristiwa hijrah tidak hanya terhenti sebatas pada kaum Muhajirin dan Anshor yang ada pada saat peristiwa itu berlangsung saja. Namun lebih dari itu perlu adanya pewarisan pada generasi yang dibelakang waktu baru mendapat anugerah hidayah masuk dalam pangkuan kemuliaan Islam. Itulah visi besar hijrah, membangun peradaban dari kegelapan menuju cahaya agar dapat terus berlangsung dari waktu ke waktu hingga hari ini.
Tanpa adanya proses pewarisan antar generasi dari pelaku utama hijrah kepada para Tabi’ien dan para pendukung sesudah mereka adalah mustahil Ruh Hijrah itu dapat menggaung hingga berabad-abad sampai ke generasi Shalahudin Al Ayyubi yang berhasil membebaskan Al-Quds Masjid Al-Aqsha atau generasi Muhammad Al-Fatih yang berhasil mengembalikan Konstatinopel dalam pangkuan Islam bahkan pada generasi-generasi Islam Abad ke-15 Hijriyah seperti kita ini sebagai pewaris kejayaan tersebut dalam arti bukan sekedar mewarisi kemegahan kisah hijrah saja tapi sebagai pelaku hijrah dalam konteks kekinian.

Memaknai Hijrah selain seperti apa adanya sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah, juga yang terpenting adalah memaknai, merefleksikan serta merealisasikannya  dalam laku kekinian pada semua dimensi ruang dan waktu yang ada pada pribadi, organisasi, masyarakat  bahkan Negara. Melawan keterbelengguan keterbelakangan, penjara irasionalitas dan kebodohan, penyanderaan kejahiliyahan, ketidak produktifitasan mentalitas spiritual, dan  kegelapan masa depan dengan keberanian serta  pengorbanan berhijrah menuju loncatan melakukan perubahan, mengamputasi sisi kejahiliyahan yang masih melekat, melakukan percepatan spiritual dalam keseharian, dan bergerak menuju cahaya kejayaan dan keberkahan. Hal ini harus senantiasa berlaku pada sepanjang masa dimuka bumi ini. Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1438 Hijriyah.
Thala’al badru alaina min tsaniyati’I wada’
Wajabasy syukru alaina ma da’a lillahi da’i


IWAN WAHYUDI
( Direktur Inspirasi Wajah Negeri, Penulis Buku BEST SELLER Inspirasi dan Spirit Menjadi Manusia Luar Biasa)

*Tulisan ini dimuat diPortal Berita Bima Terkini www.bimakini.com Tanggal 2 Oktober 2016 http://www.bimakini.com/2016/10/hijrah-dari-keterpurukan-menuju-cahaya-peradaban/

Related Posts

HIJRAH dari Keterpurukan Menuju Cahaya Peradaban*
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.