Melintasi depan
gedung PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) Universitas Mataram selintas mata melirik
berugak yang berada didepan bangunan itu. Mata sekejap melihat sosok yang tak
asing ditempat duduk para aktifis tersebut. Aneh kok ada sosok tua disitu. Saya
memutar motor dan memarkir dibangunan asrama tepat bersebalahan gedung PKM.
Kaki terlangkah keberugak memastikan sosok tadi. Di atas berugak berjejer rantang berisi ikan dan sayur,
termos nasi, tumpukan piring dan sendok, termos air panas dan beberapa bungkus
kopi instan berbagai merk.
" Assalamu'alaikum bibi " saya menyapa, menjabat
tangannya lalu mencium punggung tangan yang sudah nampak tanda menua itu.
Beliau terkaget karena tetiba ada yang menyapa dan mencium tangannya. Matanya
disipitkan seakan ikut berpikir menerka-nerka. "Bibi masih kenal saya?"
lanjut saya. "Mata saya sudah mulai rabun, Mahasiswa dulu banyak yang
sudah berubah postur menjadi lebih besar saat kesini lagi, tapi mendengar suara
side (bahasa Sasak : kamu) saya ingat, Iwan ya?". Beberapa mahasiswa yang
kebetulan sedang makan juga bertanya-tanya tentang siapa saya. Kemudian bibi
melanjutkan ucapannya memberitahu mahasiswa ditempat itu, "Dulu mereka ini
(menunjuk saya) kalo ada teman-temannya kesini dari Jawa selalu diajak makan
ditempat bibi. Ya klo rasanya pas akan lanjut makan disini". Saya
menimpali " Masakan bibi selalu pas dengan rasa dompet mahasiswa yang
kering ". Semua yang hadir tiba-tiba tersenyum seakan mengiyakan.
Sosok Inaq (ibu) Koyah (beberapa
menyebut demikian, terakhir juga disebut papuq/nenek Saini) ini sangat familiar
bagi anak asrama bahkan generasi sebelum saya. Beliau menjajakan masakannya
diatas meja yang menjadi lapaknya saat itu dihalaman belakang asrama. Kami
bebas mengambil, lalu saat bayar cukup menyebutkan tadi ambil ikan apa saja?
maka bibi akan menyebutkan nominal yang murah jauh dari harga ditempat lain.
Kadang jika sedang tidak punya uang kami bisa ngutang dulu untuk menyambung
nyawa menuntut ilmu (kuliah). Makanan beliau ini juga tersohor ke Mahasiswa
IAIN (sekarang UIN) Mataram dan IKIP Mataram, sehingga banyak dari mereka
menjadi langganan bibi.
Bertemu dengan bibi
luar biasa ini, seakan menghamparkan banyak Inspirasi hidup, tentang ketabahan,
kesabaran, ketekunan, berbagi hingga menjadi tempat mahasiswa ngutang makan.
Bibi adalah saksi
hidup yang masih kokoh ditempatnya, menyaksikan silih bergantinya mahasiswa
(aktifis) yang datang (mahasiswa baru) dan pergi (wisuda) dari banyak generasi.
Hamparan Inspirasi
itu begitu dekat dengan kita sedekat tatapan mata mengarahkan pandangan kemana
dia menentukan obyek.
22012019
#IWANwahyudi
#InspirasiWajahNegeri
#MariBerbagiInspirasi
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri
PENJUAL NASI LINTAS GENERASI YANG PENUH INSPIRASI
4/
5
Oleh
Iwan Wahyudi Net