Semalam nada
telepon seluler saya tak berhenti berdenting. Setelah dibuka ternyata terjadi
dialog panjang di sebuah group Facebook. Dialog antara sahabat lama yang tak
pernah bersua setelah tamat SMP. Dialog di group itu entah berakhir hingga jam
berapa? Yang jelas penuh kehangatan.
Mungkin
pengalaman itu juga kita rasakan, banyak sahabat, kerabat, mantan rekan kerja,
teman sepermainan dan pendidikan yang sudah lama tak bersua dan tak tau
rimbanya akhirnya dipertemukan di social media. Atau kita akhirnya bisa bertemu
dan bersua dengan keluarga yang jaraknya begitu jauh dan melepas kerinduan
karena telah lama tak bertemu langsung.
Walau disisi
lain ada berita yang tidak mengenakan tentang anak gadis yang dibawa lari teman
prianya yang baru beberapa saat dikenal melalui social media. Ah itu tidak
menggambarkan seremnya dunia social media tergantung kembali pada pribadi kita.
Tentunya kita punya insting imunitas personal untuk bisa akrab dengan siapa?.
Betapa banyak
juga gerakan penggalangan solidaritas yang berhasil melalui social media, baik
itu bantuan koin kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan, bahkan
solidaritas gerakan masyarakat untuk menumbangkan sebuah tirani. Yah itulah
ketika tiap rasa sepenanggungan menemukan komunitasnya ia akan tersambung dan
membentuk arusnya.
Namun perlu
diperhatikan dan diwaspadai oknum pelaku social media pengumbar kegombalan rasa
yang dapat menghanyutkan sesama kejalan yang tidak benar. Dalam setiap sesuatu
memiliki potensi menjadi positif maupun negative tergantung pada si
penggunakannya.
Mari gunakan
social media untuk menyambung rasa dan mengobati rindu sesuai dengan fitrah
kemanusiaan dan tuntunan hidup dalam agama.
Rumah Kita Semua, 1 Oktober 2013
IWAN Wahyudi
www.iwan-wahyudi.com
Sosial Media, Menyambung Rasa dan Mengobati Rindu
4/
5
Oleh
Iwan Wahyudi Net