Saat penyeberangan Pelabuhan
Lembar (Lombok) menuju Pelabuhan Padang Bai (Bali) yang menempuh waktu sekitar
4-5 jam, ada suatu pengalaman yang menarik, padahal ini sebenarnya bukan
pengalaman baru dan mungkin diantara kita sering mengalaminya. Tapi kok kali
ini sesuatu sekali bagi saya, mungkin karena tumben melakukan penyeberangan
yang agak panjang dan mendampingi bapak untuk cek kesehatan. Begini ceritanya :
Setelah bis masuk kedalam kapal atau sebelum
masuk diluar kapal penumpang pasti diminta turun untuk naik keatas kapal
dibagian duduk penumpang (karena demikian aturannya selama penyeberangan
penumpang tidak diperbolehkan berada didalam bis maupun ditempat parker bis).
Penumpang segera mencari tempat yang nyaman diantara deretan yang telah
disediakan, setelah masuk keruang utama dan keliling dibagian damping kiri dan
kanan kapal saya tidak menemukan kursi kosong, selalu terisi baik oleh
penumpang yang duduk maupun yang tidur (tentu ini memakan tempat yang
seharusnya bisa diduduki 2 atau 3 orang). Akhirnya saya melihat ada 2 jejer
kursi yang setiap jejernya diperuntukan untuk 3 orang penumpang namun hanya
diisi masing-masing oleh 1 orang plus barang bawaannya. Kemudian saya bertanya
pada seorang yang duduk dideret belakang apakah kursi disampingnya masih
kosong? Lalu dijawabnya “ada”. Lalu saya menanyakan pada seorang yang duduk
dideretan depannya, Alhamdulillah dipersilahkan duduk, akhirnya saya bertiga
dengan bapak dan orang yang sudah terlebih bisa duduk sesuai dengan peruntukannya
tiga orang. Beberapa waktu setelah kapal
berangkat, ternyata seorang yang duduk sendiri untuk jatah 3 orang dideret
belakang malah tidur menggunakan 3 kursi sekaligus dan tidak ada orang yang
memiliki kursi disampingnya (ketahuan bohong deh tuh orang tadi bilangnya ada).
Mungkin
ini kejadian yang terulang pernah kita alami, saya rasa wajar jika ada yang
tidur dengan memakan tempat lebih dari satu kursi untuk mendapatkan kenyamanan,
tapi itu jika saat itu penumpang sedang sepi dan tidak mengambil hak kursi
orang lain yang terkadang harus duduk dilantai kapal akibat ulah mereka yang
tidur tersebut. Kejadian ini bisa mencerminkan tingkat kepedulian orang
disekitar kita dan bisa jadi refleksi sejauhmana kepedulian kita atau bisa jadi
kita sendiri biasa berperilaku seperti itu. Dan anehnya hal seperti ini bukan
hanya dilakukan oleh mereka yang berpenampilan sederhana dan menggambarkan
statusnya berasal dari kalangan pedesaan atau tingkat intelektualitas yang
pas-pasan. Banyak kita melihat mereka dari kalangan menengah dan berpendidikan
(hal itu terlihat jelas dari gaya berpakaian dan penampilannya).
Bagi
saya pribadi, tingkat atau level kepedulian seseorang bisa diklasifikasikan
menjadi tiga : Pertama, Mereka yang mengambil hak orang lain. Kedua, Mereka
yang memberikan hak orang lain tanpa harus diminta terlebih dahulu oleh yang
berhak. Dan Ketiga, Mereka yang memberikan miliknya kepada orang lain dengan
empati sebagai bentuk kepedulian.
Perilaku
Pertama adalah orang yang nyaris tidak memiliki kepedulian sama sekali. Kenapa?
Lihat saja tidak puas dengan milik sendiri, malah mengambil hak orang lain.
Orang seperti ini cenderung bersifat tamak, angkuh dan serakah. Tidak pernah
merasa bersyukur dan puas dengan yang menjadi miliknya sendiri saja.
Perilaku
Kedua adalah mereka yang menempatkan kepeduliannya pas-pasan, tidak mengganggu
milik orang lain, bahkan mempersilahkan orang lain mengambil sesuatu yang
menjadi haknya. Dan orang ini tidak merugikan orang lain.
Perilaku
Ketiga, Inilah orang-orang yang memiliki rasa kepedulian sesungguhnya, bukan
hanya pandai memberikan hak orang lain dan merasa cukup dengan yang dimiliki,
namun dengan rasa empati dan ikhlas malah memberikan sesuatu yang dimiliki dan
menjadi haknya untuk orang lain atas dasar kepedulian sesama.
Krisis
kepedulian yang selama ini terjadi disekeliling kita menjadi penyebab jauhnya
jurang pemisah antara mereka yang berkecukupan dengan yang kekurangan.
Kesenjangan social begitu nyata sekali, buah dari hilangnya empati dan level
kepedulian yang kian terjun bebas.
Dari
ketiga perilaku kepedulian diatas setidaknya kita bisa menilai diri secara
jujur pada perilaku level mana diri kita sekarang ?, serendah apa level
kepedulian kita terhadap orang lain?. Padahal jika benar-benar disadari
sesungguhnya dalam kecukupan yang dititipkan pada kita oleh Sang Pencipta
terdapat hak-hak mereka yang kekurangan dan harus kita tunaikan dalam
perwujudan kata kepedulian.
Penyebrangan Ferry Lembar ( Lombok ) – Padangbai ( Bali )
11 November 2015
InspirationWednesday
IWAN Wahyudi
www.iwan-wahyudi.net
SEBERAPA LEVEL KEPEDULIAN KITA ?
4/
5
Oleh
Iwan Wahyudi Net