Sebagaimana kita
ketahui bersama sejarah pemerintahan dipulau Sumbawa adalah sejarah yang telah
jauh mengakar dalam sejarah nusantara berabad –abad lamanya dan telah berinteraksi denga dunia luar hal ini diketahui dengan tercantumnya
nama-nama Sumbawa, Bima dan Dompu dalam kitab Negara Kertagama yang ditulis
tahun 1365 M. Tidaklah mengherankan jika dalam catatan perjalanan seorang
Portugis bernama Tome Pires pada tahun 1513 disebut pelabuhan Sumbawa dan Bima
sebagai pelabuhan persinggahan kapal-kapal yang berlayar ke Timur untuk membeli
hasil bumi. Sehingga hal ini menjadi salah satu factor mudahnya Islam masuk
kepulau Sumbawa dari jalur perniagaan melalui laut.
Berbicara tentang masuknya Islam di Indonesia pada umumnya dan pulau
sumbawa pada khususnya tentunya tidak lepas dari peran para ulama
sekaligus pelaku niaga yang mnyebarkan
Islam dengan cara damai sambil melakukan perniagaan dengan masyarakat setempat.
Masuknya Islam di pulau Sumbawa
terjadisejak abad ke XVI tepatnya antara tahun 1540-1550 M. Pada umumnya
melalui dua jalur. Jalur pertama melalui para mubaligh dan pedagang dari Demak
karena saat itu Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara
menggantikan posisi Malaka yang sudah di taklukan oleh penjajah Portugis pada
tahin 1511M.
Jalur kedua melalui para mubaligh dan pedagang dari Sulawesi. Pada tahun
1623 Sultan Alauddin Raja Gowa yang masuk Islam pada tahun 1603 melakukan
ekspansi mencari cadangan pangan untuk rakyatnya hingga ke pulau Sumbawa.
Cahaya Islam Menembus Sumbawa
Pelabuhan-pelabuhan
di Sumbawa sejak dulu terkenal sebagai lalulintas perniagaan baik dari Jawa
maupun Sulawesi. Pada masa Sunan Giri menyebarkan Islam di tanah Jawa beliau
juga mengirimkan utusan (Mission sencree) untuk menyebarkan Islam ke Timur
Indonesia (luar pulau Jawa) sambil melakukan perniagaan. Salah satu muridnya
yan diutus ke Smbawa dikenal dengan nama Zainul Abidin.
Di
dalam Buk Tuan Jurutulis (Sekretaris Kerajaan), diceritakan pula tentang seorang
pemuka Sumbawa yang sering melakukan pelayaran dan mengisahkan pada masyarakat
tentang Kerajaan Demak yang aman dan tenteram dan akhirnya masyarakat
mengutusnya untuk belajar disana agar kemudian ketika kembali dapat mengamalkan
ilmunya untuk membangun masyarakat sumbawa.Sekembalinya dari Demak beliau
datang dengan seorang mubaligh yang juga seorang pangeran.
Pada
tahun 1623 Sultan Alauddin Raja Gowa melakukan ekspansi mencari cadangan pangan
hampir keseluruh pulau Sumbawa dibarengi dengan penyebaran agama Islam karena
beliau telah memeluk agama Islam sejak 1603. Tercatat pula dalam sejarah untuk
kepentingan dagang Sultan Hasanuddin pada tahun 1650 telah mempersatukan
Sumbawa dengan Makassar dan menyatakan seluruh Sumbawa telah memeluk agama
Islam.
Dalam
Buk (catatan kerajaan Sumbawa) dinyatakan bahwa raja-raja di Sumbawa yang wafat
pada permulaan penyebaran Islam dan mula-mula memeluk Agama Islam ialah : Dewa
Lengit Ling Baremang (Utan), Dewa Lengit Ling Kartasari (Taliwang), Dewa Maja
Paruwa (yang membuat perjanjian damai dengan Gowa) dan Dewa Lengit Ling Utan.
Dengan
masuk dan diterimanya Islam oleh kerajaan maka berubah pula sistem pemerintahan
kerajaan dengan berdasarkan syariat agama Islam dan kerajaan berubah menjadi
Kesultanan. Sultan pertama pada kerajaan Sumbawa yaitu Sultan Harunurrasyid
yang dikalangan rakyatnya dikenal dengan sebutan Dewa Dalam Bawa.
Kemudian
penyebaran agama Islam di Sumbawa beriringan dengan Sultan yang memerintah
Kesultanan Sumbawa berikut :
- Sultan Harunurrasyid I (1674-1702)
- Sultan Jalaluddin Muhammad Syah I (1702-1725)
- Sultan Muhammad Kaharuddin I (1733-1758)
- Sultan Siti Aisyah (1759-1760)
- Datu Ungkap Sermin (1761-1762)
- Sultan Muhammad Jalaluddin Syah II (1762-1765)
- Dewa Mepaconga Mustafa (1765-1776)
- Sultan Harunurrasyid II (1777-1790)
- Sultan Shafiatuddin ( 1791- 1795)
- Sultan Muhammad Kaharuddin II (1795-1816)
- Sultan Amrullah II (1836-1882)
- Sultan Muhammad Jalaluddin III (1883-1931)
- Sultan Muhammad Kaharuddin III (1931-1958)
Jejak penyebaran Islam ditanah samawa dapat
dilihat dari beberapa peninggalan sejarah diataranya : Istana Dalam Loka, Makam
Sampar.
Cahaya Islam Menembus Dompu
Pengaruh
Islam masuk ke Dompu sejak 1628 namun sebelumnya telah masuk sedikit demi
sedikit sejak 1528. Ulama yang dikenal
menyebar Islam di dompu yaitu Syekh Abdul Gani yang juga menyebarkan Islam di
Pulau Lombok dan pernah menjadi Imam Masjid di Masjidil Haram Makkah.
Sekitar 1528 Syekh Nurdin
Ulama keturunan arab menginjakkan kaki di Dompu untuk menyebarkan agama Islam
sambil berdagang. Pada saat itu kerajaan Dompu dipimpin Raja Bumi Luma Na’e
bergelar Dewa Ma Waa Taho dan masih dibawah penguasaan Majapahit.
Kemudian Putri raja memeluk Islam dan menikah dengan Syekh Nurdin dan
berganti nama menjadi Siti Hadijah, dikaruniai 3 orang anak yaitu Abdul Salam,
Abdullah dan Joharmani.
Pada Tahun 1545 Raja La Bata
Na’e menggantikan ayahnya Raja Bumi Luwu Nae. Beliau sebelumnya belajar Islam
di Kerajaan Bima, Kerajaan Gowa Makassar dan tanah Jawa. Pada masa ini Islam
menjadi agama resmi kerajaan dan beliau menjadi Sultan Pertama Kesultanan Dompu
bergelar Sultan Syamsuddin dan menikah dengan Joharmani. Sedangkan Syekh Abdul
Salam menjadi Ulama Istana kesultanan Dompu.
Pada tahun 1585 datang dan
menetap saudagar sekaligus ulama Islam kedompu yang menyebarkan Islam, mereka
adalah : Syekh Hasanuddin (Sumatera) yang kemudian oleh Sutan Syamsuddin
diangkat menjadi salah seorang Qadi (jabatan setingkat menteri agama di
Kesultanan), Syekh Abdullah (Makassar) dan Syekh Umar Al-Bantani (Madiun)
dipercaya menjadi Imam Masjid di Kesultanan Dompu.
Sejak saat itu Dompu menjadi
kesultanan yang diperintah oleh seorang Sultan dengan sistem pemerintahan
berdasarkan agama Islam. Berikut Sultan Sultan Dompu yang banyak memberi
andil dalam penyebaran Islam di Dompu :
1. Sultan Syamsuddin La Bata Na.E(1545)
2. Sultan jamaluddin .Manuru Doro Ngao(1640)
3. Sultan Sirajuddin.Manuru Bata(1640-1682).
4. Sultan Ahmad bergelar Manuru Kilo(1682-1686).
5. Sultan Abdul Rasul bergelar manuru Laju(1686-1701).
6. Sultan Usman Manuru Goa(1701-1702)..
7 Sutan Ahmad Syah bergelar Manuru Kempo(1702-1717).
8 Sultan Abdu Kadir Mawaa Alus(1717-1727).
9. Sultan Samsudin bergelar Mawaa Sampela(1727-1737).
10. Sultan Kamaludin. (1737)
11. Sultan Abdul Kahar Manuru Hidi. (1737-1746)
12. Sultan Abdurahman bergelar Manuru kempo II. (1746-1748)
13. Sultan Abdul Wahab bergelar Mawaa Cau. (1749-1792)
14. Sultan Abdulah bergelar Mawaa Saninu.(1793-1798)
15. Sultan Yakub bergelar Negeri Mpuri.(1798-1799)
2. Sultan jamaluddin .Manuru Doro Ngao(1640)
3. Sultan Sirajuddin.Manuru Bata(1640-1682).
4. Sultan Ahmad bergelar Manuru Kilo(1682-1686).
5. Sultan Abdul Rasul bergelar manuru Laju(1686-1701).
6. Sultan Usman Manuru Goa(1701-1702)..
7 Sutan Ahmad Syah bergelar Manuru Kempo(1702-1717).
8 Sultan Abdu Kadir Mawaa Alus(1717-1727).
9. Sultan Samsudin bergelar Mawaa Sampela(1727-1737).
10. Sultan Kamaludin. (1737)
11. Sultan Abdul Kahar Manuru Hidi. (1737-1746)
12. Sultan Abdurahman bergelar Manuru kempo II. (1746-1748)
13. Sultan Abdul Wahab bergelar Mawaa Cau. (1749-1792)
14. Sultan Abdulah bergelar Mawaa Saninu.(1793-1798)
15. Sultan Yakub bergelar Negeri Mpuri.(1798-1799)
16. Sultan
Abdulah Tajul Arifin I bergelar mawa`a Bou. (1799-1801)
17. Sultan Abdul Rasull II bergelar Manuru Bata.(1801-1857)
18. Sultan Muhamad Salahudin Mawaa adi. (1857-1870)
19. Sultan Abdulah II bergelar Mambora Bara Ncihi Ncawa. (1871-1882)
20. Sultan Muhamad Sirajudin bergelar Manuru Kupa. (1882-1934)
21. Sultan Muhamad Tajul Arifin bergelar Mawaa Sama (Ruma Toi). (1947-1958).
17. Sultan Abdul Rasull II bergelar Manuru Bata.(1801-1857)
18. Sultan Muhamad Salahudin Mawaa adi. (1857-1870)
19. Sultan Abdulah II bergelar Mambora Bara Ncihi Ncawa. (1871-1882)
20. Sultan Muhamad Sirajudin bergelar Manuru Kupa. (1882-1934)
21. Sultan Muhamad Tajul Arifin bergelar Mawaa Sama (Ruma Toi). (1947-1958).
Bukti peninggalan sejarah Islam di Dompu antara lain dapat di lihat
dengan berdirinya Masjid Agung Baiturahman ( Masjid Raya Dompu) yang dahulunya
lokasi tersebut adalah Istana Kesultanan Dompu dan makam Sultan Dompu di depan
Masjid tersebut..
Cahaya Islam Menembus Bima
Islam mulai masuk ke Bima pada masa akhir Kerajaan
Bima antara tahun 1540-1550 melalui mubaligh dan pedagang Demak. Mengingat Bima
merupakan jalur perniagaan bagian selatan wilayah nusantara dan sejak abad XV
pada masa Raja Manggampo Donggo Kerajaan Bima mencapai puncak kejayaannya
bahkan pada masa Raja Ma Wa’a Ndapa telah berperan dalam percaturan niaga
internasional yang berpusat di sunda kelapa (Jakarta) dan bima telah memiliki
perkampungan khusus di sana.
Waktu tepatnya adalah pada
masa pemerintahan Sunan Prapen putra Sunan Giri karena saat itu Demak giat
melakukan penyiaran Islam di wilayah Indonesia Timur.
Penyebaran Islam pada masa
Sunan Prapen tidak berlangsung lama dan pengaruhnya tidak begitu kuat karena runtuhnya kerajaan Demak akibat
Revolusi istana yang berakibat pada gugurnya Sultan Tranggano tahun 1546.
Kemudian pada 1617 (1028H)
ditulis di dalam BO (Catatan Lama Istana Bima) para pedangang Sulawesi datang
menyebarkan Islam di Bima. Saudagar Daeng Mangali tiba dipelabuhan Sape bersama orang Luwu, Tallo dan Bone dan
menghadap Ruma Bumi Jara yang memegang Sape
mengantar sepucuk surat dari Ruma Bumi Jara di Bone yang mengabarkan
bahwa Kerajaan Gowa, Tallo, Luwu dan Bone sudah memeluk Islam. Kemudian pada 10
Rabiul awal 1030 H (1619 M) empat orang petinggi Kerajaan Bima sepakat memeluk
agama Islam dan berganti nama menjadi nama Islam :
-
La
Kai ( Ruma Ta Ma Bata Wadu) menjadi Abdul Kahir yang kemudian menjadi Sultan
Pertama Kesultanan Bima
-
La
Mbila menjadi Jalaluddin
-
Bumi
Jara Mbojo Sape menjadi Awaluddin
-
Manuru
Bata menjadi Sirajuddin yang kemudian menjadi sultan Dompu.
Karena pergolakan politik di Istana
Abdul Kahir dan Jalaluddin hijrah ke
Makassar dan memperdalam Islam disana
dibawah asuhan para ulama kelahiran Minang yaitu Datuk Di Bandang dan Datuk Di
Tiro.
Kemudian setelah menimba Ilmu
agama Islam dengan di bantu Kesultanan
Makassar Abdul Kahir dan Jalaluddin melakukan ekspedisi bersenjata untuk
merebut kembali Kerajaan Bima dari pemberontak dalam rombongan tersebut ikut
pula Datuk Di Bandang dan Datuk Di Tiro yang akan membantu Abdul Kahir
menyebarkan Islam ditanah Bima dan sekitarnya.
Setelah tiga bulan
keberhasilan ekspedisi tersebut, tepatnya 15 Rabiul Awal 1050 H (1640 M) Abdul Kahir dinobatkan sebagai Sultan I Bima dengan gelar Ruma Ta Ma Bata
Wadu sedang Jalaluddin menjadi Ruma Bicara (Perdana Menteri ) pertama dengan
gelar Manuru Suntu.
Dengan penobatan ini menjadi
titik akhir sejarah kerajaan Bima dan berganti menjadi babak baru Kesultanan
Bima. Mulai saat itu Bima mengamalkan falsafah dan aturan kesultanan
bersasarkan agama Islam.
Kesultanan Bima kemudian
berdiri dan berpacu menyebarkan agama Islam hingga akhir masa kesultanan bima
tahun 1951. Adapun Sultan Kesultanan Bima yang memiliki Andil dalam penyebaran
Islam di Bima dan sekitarnya sebagai berikut :
- Sultan Abdul Kahir (1640)
- Sultan Abil Khair Sirajuddin (1640-1682)
- Sultan Nuruddin Abubakar Ali Syah (1682-1687)
- Sultan Jamaluddin (1687-1696)
- Sultan Hasanuddin (1696-1731)
- Sultan Alauddin Muhammad Syah ((1731-1742)
- Sultan Abdul Kadim (1743-1773)
- Sultan Abdul Hamid (1773-1819)
- Sultan Ismail (1819-1854)
- Sultan Abdullah (1854-1868)
- Sultan Abdul Aziz (1868-1881)
- Sultan Ibrahim (1881-1915)
- Sultan Muhammad Salahuddin (1915-1951)
Saksi sejarah yang merupakan
bukti sejarah penyebaran Islam di Bima dapat di lihat berupa Museum Asi Mbojo (
dahulunya adalah Istana Kesultanan Bima), Masjid Kesultanan Bima, Makam Sultan
pertama Bima Sultan Abdul Kahir di Dana Taraha, Makam Sultan Abil Khair
Sirajuddin dan Nuruddin Abubakar Ali Syah di Tolomundu dan Makam-makam sultan
lainnya yang masih dalam kompleks Masjid Kesultanan Bima.
Mataram, April 2010
IWAN Wahyudi
*) Tulisan ini dimuat pada Buku " Gerakan Dakwah KAMMI di Bumi Seribu Masjid, Selayang Pandang Gerakan Pemuda "
Sumber tulisan :
1.
M.
Hilir Ismail, Peran Kesultanan Bima dalam
Perjalanan Sejarah Nusantara
2. Lalu Manca, Sumbawa pada Masa Lalu ( Suatu Tinjauan Sejarah).
3.
Tim
Peneliti Komite Pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa (KP3S), Kajian Akademis Pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa.
4.
H.RM.Agus
Suryanto – Humas Dompu, Masjid `Syekh
Abdul Gani` Dompu Riwayatmu Dulu.
5. ----, Letusan Tambora,
Sebuah Misteri Lahirnya Dompu Baru.
7. ----,
Sejarah Dompu
8.
http://bima-ntb.blogspot.com.
SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI PULAU SUMBAWA
4/
5
Oleh
Iwan Wahyudi Net