“Untuk dikenang oleh manusia tak harus berupa hal
besar yang tak bisa dilakukan, cukup sesuatu yang sederhana dan kita bisa wujudkan,
namun memberikan arti dan manfaat pada orang lain.”
Rabu siang, 27 Mei 2020 bertepatan dengan 4 Syawal
1441 H sebuah pesan di WhatsApp dari seorang kakak tingkat waktu kuliah dulu
masuk dan saya membacanya ba’da shalat Ashar. “Papuq (bahasa Sasak: nenek) ini
meninggal bro” sambil melampirkan foto sosok penjual nasi di depan gedung PKM
(Pusat Kegiatan Mahasiswa) Universitas Mataram, Papuq Saini. Saya tak percaya
lalu menanyakan kembali “Dapat informasi dari mana bro ?”. Menunggu jawaban
saya sambil mengecek status teman-teman seangkatan di Facebook. Tak satupun informasi
meninggalnya papuq saya dapatkan. Akhirnya saya dapatkan kejelasan dari status
adik tingkat yang menandai saya.Terbayang pertemuan terakhir dengan beliau
ditempatnya berjualan tersebut pada bulan Januari 2019 yang lalu (Tulisan saya
: Penjual Nasi Lintas Generasi Yang
Penuh Inspirasi).
Kepergian beliau langsung menjadi status dan dipenuhi
oleh komentar para alumni dan aktifis Mahasiswa Universitas Mataram. Ada banyak
kenangan dan kisah luar biasa papuq yang terungkap dan baru saya ketahui.
Wajar, beliau telah berjualan nasi di Asrama dan gedung PKM sejak 1985 sampai
dengan 2020. Awalnya di halaman belakang asrama dan saya mulai menjadi
langganan. Kemudian dipojok samping selatan antara Asrama dengan gedung
Workshop, terakhir diberugak depan gedung PKM.
Saya merasakan makan di jualan beliau sejak seharga
seribu rupiah. Terakhir (2020) harga nasi beliau lima ribu rupiah. Para
mahasiswa merasa makan ditempat beliau serasa dirumah sendiri, bahkan ada
status yang berbunyi “ Beliau ibu kedua dari seluruh mahasiswa” karena porsi
nasinya yang jumbo dan bebas mengambilnya karena yang dihitung beliau Cuma lauk
dan ikan saja. Beliau tempat mengutang makanan saat kantong mulai kering. Jika
ditanya kenapa makan ditempat beliau murah sekali ? Papuq Saini selalu menjawab,
“ Ndak apa-apa yang penting anak-anak (mahasiswa) bisa makan yang kenyang,
dapat untung sedikit alhamdulillah asal ada modal untuk jualan lagi besok.”
Salah satu kenangan saya, beliau sempat jualan untuk
berbuka puasa saat di Asrama. Ba’da Maghrib akan pulang setelah kelar mahasiswa
berbuka menyantap menu khas beliau. Jika masih ada makanan yang belum habis,
maka akan di bungkus untuk anak-anak asrama, dibagikan gratis. Ada yang sempat
bertanya, “Kenapa papuq masih tetap bertahan jualan disini?. Beliau beralasa nanti
siapa yang akan menyediakan makanan untuk kalian (mahasiswa) ini.
Selamat Jalan Papuq Saini, Allah SWT telah mencukupkan
usiamu di dunia dengan banyak kisah tak terlupakan dalam ingatan banyak
mahasiswa berbagai generasi. Semoga menjadi amal terbaik yang diterima
disisi-Nya.
27052020
#IWANwahyudi
#InspirasiWajahNegeri
#MariBerbagiInspirasi
@iwanwahyudi1
@inspirasiwajahnegeri
PAPUQ SAINI, PENJUAL NASI LINTAS GENERASI ITU TELAH PERGI
4/
5
Oleh
Iwan Wahyudi Net