Selain Masjid
Kesultanan (sekarang Masjid Sultan Muhammad Sakahuddin) yang terletak di dekat
Istana Kesultanan Bima, maka pada tahun 1935 (beberapa tulisan menyebut pembangunan
masjid selama tiga tahun sejak 1932) didirikan pula Masjid Raya di Raba atas
inisiatif Ruma Bicara (perdana Menteri) Abdul Hamid dengan mendapat restu dan
dukungan dari Sultan Muhammad Salahuddin.
Masjid ini biasa dikenal dengan Masjid Penaraga karena
letaknya yang berada di Jalan Soekarno-Hatta kelurahan Penaraga Kota Bima. Sebagian besar biaya pembangunan Masjid tersebut
berasal dari tanah wakaf Ruma Bicara Abdul Hamid. Masjid yang dibangun diatas tanah
seluas 12 are ini berada satu kompleks dengan kediaman Ruma Bicara (sekarang
menjadi kantor Legium Veteran dan Dinas Kesehatan Kota Bima). Masjid tersebut
tepat kiranya kemudian diberi nama Masjid Raya Baitul Hamid.
Ruma Bicara Abdul Hamid juga berperan dalam mengubah teks khutbah Jum’at yang awalnya menggunakan bahasa arab dirubah kedalam bahasa daerah dan bahasa Indonesia agar mudah dipahami oleh jama’ah dan masyarakat.
Bersamaan dengan selesainya pembangunan Masjid Baitul Hamid, pada tahun 1935 Ruma Bicara Abdul Hamid di asingkan oleh Belanda ke Kupang karena vokal dan menentang penjajahan. Setelah Indonesia merdeka beliau kembali ke Bima dan wafat pada tahun 1957.
Sumber Referensi :
·
M. Hilir Ismail, Peran
Kesultanan Bima dalam Perjalanan Sejarah Nusantara, 2004.
·
Alan Malingi, Bima Heritage
Jejak Islam di Tanah Bima, 2022.
·
https://www.sejarahbima.com/2016/02/iri-yang-positif.html?m=1
25032023
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #JelajahRAMADHAN #EnergiRamadhan #JejakAksaraCommunity
#30haribercerita #IWANwahyudi #DotheBEST
@inspirasiwajahnegeri
@jejakaksarapublisher
@iwanwahyudi1