Pada tanggal 1 Ramadhan 1234 H (lebih kurang Juni 1891M) wafat Sultan Abdul Hamid putra Sultan Abdul Kadim. Sultan ke VIII Kesultanan Bima NTB ini bergelar Ma Ntau Asi Saninu karena beliau bermukim di Istana yang dihiasi dengan cermin. Lahir di Bima pada tahun 1176 H (lebih kurang 1762 M)
Dimakamkan di halaman Masjid Kesultanan -sekarang Masjid Sultan Muhammad Salahuddin- (Pemakaman Kampo Sigi).
Sejak usia dini diberi pendidikan agama dan ilmu pemerintahan sebagaimana para pendahulunya oleh para ulama dan pejabat istana.
Saat dewasa menikah dengan Datu Sagiri Putri Sultan Sumbawa dan dikaruniai putra bernama Ismail dan putri bernama Siti Jamila Bumi Kaka.
Ketika berusia lebih kurang 11 tahun dinobatkan sebagai sultan, setelah ayahnya wafat pada tahun 1187 H (lebih kurang 1773 M). Untuk menjalankan roda pemerintahan ditunjuk seorang "wali" yang merangkap sebagai Ruma Bicara (Perdana Menteri) bernama Muhyddin. Kedudukan Muhyddin digantikan oleh Ruma Bicara Abdul Nabi pada 18 Syawal 1219H (lebih kurang 10 Januari 1805)
Benda-benda pusaka dari emas dan perak, perhiasan intan berlian peninggalan kesultanan Bima, salah satunya mahkota kesultanan dibuat pada masa Sultan Abdul Hamid. Lambang Burung Garuda berkepala dua yang mencerminkan pemerintahan berdasarkan hukum Islam dan hukum adat diresmikan sebagai lambang kesultanan.
Pada 11 April 1815 saat memerintah terjadi letusan gunung Tambora yang sangat dahsyat melenyapkan Kerajaan Pekat dan Kerajaan Tambora yang berada disekitarnya, dan juga memiliki efek global dengan musim dingin berkepanjangan di Eropa.
1 Ramadhan
23032023
Referensi :
- Peranan Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara. M.Hilir Ismail, 2004
- Jejak Para Sultan Bima. M. Hilir Ismail & Alan Malingi, 2018
151 [210 TAHUN WAFATNYA SULTAN ABDUL HAMID KESULTANAN BIMA] #JelajahRAMADHAN 01
4/
5
Oleh
Iwan Wahyudi Net