“Membaca sebuah buku adalah menelusuri padang luas pengetahuan, setiap halamannya mengajarkan kebajikan, mereka bisa membuat kita berpikir, tertawa dan menangis, mereka menjawab pertanyaan kita dan menciptakan sahabat terbaik, kecil gemar membaca, dewasa kian bijaksana.” Dauzan Farook (1925-2007)
Siang ini Alhamdulillah mendapat kiriman buku terbaru dari Ust. Akhmad Arqom @akhmadarqom Surabaya berjudul "Menaklukkan Kerasnya Hidup dengan Al-Qur'an". Terakhir mendapat kiriman buku beliau sebelum Covid-19 mewabah. Selama masa-masa pandemi itu saya sering mengikuti zoomeet beliau.
Walaupun belum pernah bertatap wajah langsung. Beliau salah satu sosok yang tulisan hariannya di Facebook memotivasi untuk bisa menyempatkan diri menulis rutin, sedikit apapun itu. Bisa dibilang saya banyak berguru darinya.
Buku pertama dan terakhir saya, meminta beliau untuk membaca dan memberi masukan. Termasuk diluar momentum itu sesekali saya chat beliau meminta pandangannya terkait kepenulisan dan perbukuan.
Selain itu malam ini saya membaca beberapa artikel tentang sosok pak Dauzan Farook berikut keistiqomahannya dalam peran berliterasi. Masih terkait juga dengan buku-buku dan berjibaku menularkan semangat membaca.
Dauzan sosok pengelola perpustakaan Mabulir (Majalah dan buku keliling bergilir) di Kauman Yogyakarta. Pada masa mudanya, Dauzan Farook turut dalam perang kemerdekaan. Ia salah satu pemandu Panglima Sudirman ketika bergerilya ke luar dari kota Yogya (1949).
"Buku adalah peluru untuk dijadikan senjata untuk melawan kehidupan apalagi di zaman globalisasi sekarang ini. Senjata utama untuk berperang adalah ilmu. Dan ilmu itu bisa diperoleh dengan membaca." Dauzan Farook
Mengutip ungkapan Yusuf Maulana @opiniym dalam "Kalam Pencandu Buku"nya, "Sesungguhnya kehadiran jagat digital atau bahkan pandemi, bukanlah musuh perbukuan. Musuh perbukuan adalah sikap enggan membaca -atau bahkan memusuhi- buku."
[BUKU BELUM MATI]
4/
5
Oleh
Iwan Wahyudi Net