Tidak bisa ditutupi dan sudah menjadi rahasia umum perudian selalu mampu beradaptasi dengan lingkungannya untuk eksis dengan metode-metode
baru yang menggiurkan para manusia-manusia pemalas yang bertaruh
peruntungan. Tidak hanya model permainan kartu atau ala undian nomor
berhadiah, bahkan merambah pada jenis-jenis perlombaan yang sebenarnya
membangun generasi tapi judi pandai menyusup sehingga tak jarang hasil
perlombaan dapat takluk oleh tangan penjudi sehingga pemenang sejati
tidak muncul dengan murni.
Demikian juga halnya yang terjadi dalam pemilihan apapun, selalu saja
ada penyusup yang bernama judi. Kandidat, tim sukses, pendukung bahkan
masyarakat pemilihpun sebenarnya telah berlaku bersih namun jika para
penjudi ini sudah menggunakan akal licik mencari celah, apa model yang
dipake untuk bertaruh? Sehingga akan merusak suasana demokratis dan
bersih yang telah dijaga sekuat tenaga selama ini.
Mungkin taruhan bukan si A presiden atau si B menang jadi anggota Dewan atau si C dan D masuk putaran kedua. Tapi dibuat metodenya sederhana dalam lingkup kecil hingga menarik minat konsumen perjudian bahkan hanya sekedar bertaruh satu dua bungkus rokok hingga sampai sepeda motor. Seperti contoh di TPS 1 kandidat mana yang suara tertinggi, di TPS 2 candidat x tidak sampai diatas seratus suarannya atau mampukah kandidat y mengalahkan z diantara 2 kandidat lainnya di TPS 3 dan TPS 4 dan lain sebagainya. Dengan sekala kecil ini para pelaku judi asyiik dengan teritorial yang terpantau dengan seksama karena luasannya kecil, bisa jadi karena taruhannya besar mereka mengorbankan beberapa rupiah untuk mempengaruhi pemilih sehingga menyoblos sesuai dengan keinginan penjudi.
Hal ini berbahaya, selain akan merusak mental masyarakat, ia akan mengancam kelangsungan masa depan kepemimpinan desa, seperti yang sedang berlangsung di 57 desa sekabupaten bima yang serentak berpesta demokrasi pada sabtu 16 Juli 2016 ini. Pemenang yang lahir bukan hasil murni pilihan sadar masyarakat, pemimpin yang mendominasi bukan karena visi dan misi, kades terpilih bukan karena mayoritas harapan warga. Tapi ada unsur campur tangan para penjudi yang hanya mengedepankan menang taruhan jutaan rupiah diatas kepentingan hajat hidup orang banyak.
Ini tanggung jawab kita bersama, jika selama ini hanya mewanti-wanti jangan memilih kandidat yang memberi beberapa lembar rupiah, haram memilih kandidat yang menggunakan politik uang dan sejenisnya. Tapi perjuadian diseputaran pemilihan tidak pernah terawasi bahkan mungkin luput dari perhatian, aparat, petugas pemilihan, kandidat bahkan masyarakat pemilih sendiri.
Selamat memilih, tolak politik uang, berangus perjudian perusak demokrasi dan masa depan desa.
Merpati 22 Perum Rontu/Panggi, 16 Juli 2016
IWAN Wahyudi
*)Foto ilustrasi tidak mewakili kondisi tulisan yang sebenarnya, dijepret 11 juli 2016 dipertigaan desa teke kec palibelo kab bima.
Mungkin taruhan bukan si A presiden atau si B menang jadi anggota Dewan atau si C dan D masuk putaran kedua. Tapi dibuat metodenya sederhana dalam lingkup kecil hingga menarik minat konsumen perjudian bahkan hanya sekedar bertaruh satu dua bungkus rokok hingga sampai sepeda motor. Seperti contoh di TPS 1 kandidat mana yang suara tertinggi, di TPS 2 candidat x tidak sampai diatas seratus suarannya atau mampukah kandidat y mengalahkan z diantara 2 kandidat lainnya di TPS 3 dan TPS 4 dan lain sebagainya. Dengan sekala kecil ini para pelaku judi asyiik dengan teritorial yang terpantau dengan seksama karena luasannya kecil, bisa jadi karena taruhannya besar mereka mengorbankan beberapa rupiah untuk mempengaruhi pemilih sehingga menyoblos sesuai dengan keinginan penjudi.
Hal ini berbahaya, selain akan merusak mental masyarakat, ia akan mengancam kelangsungan masa depan kepemimpinan desa, seperti yang sedang berlangsung di 57 desa sekabupaten bima yang serentak berpesta demokrasi pada sabtu 16 Juli 2016 ini. Pemenang yang lahir bukan hasil murni pilihan sadar masyarakat, pemimpin yang mendominasi bukan karena visi dan misi, kades terpilih bukan karena mayoritas harapan warga. Tapi ada unsur campur tangan para penjudi yang hanya mengedepankan menang taruhan jutaan rupiah diatas kepentingan hajat hidup orang banyak.
Ini tanggung jawab kita bersama, jika selama ini hanya mewanti-wanti jangan memilih kandidat yang memberi beberapa lembar rupiah, haram memilih kandidat yang menggunakan politik uang dan sejenisnya. Tapi perjuadian diseputaran pemilihan tidak pernah terawasi bahkan mungkin luput dari perhatian, aparat, petugas pemilihan, kandidat bahkan masyarakat pemilih sendiri.
Selamat memilih, tolak politik uang, berangus perjudian perusak demokrasi dan masa depan desa.
Merpati 22 Perum Rontu/Panggi, 16 Juli 2016
IWAN Wahyudi
*)Foto ilustrasi tidak mewakili kondisi tulisan yang sebenarnya, dijepret 11 juli 2016 dipertigaan desa teke kec palibelo kab bima.
JUDI, PILKADES DAN MASA DEPAN DESA
4/
5
Oleh
Iwan Wahyudi Net