Sepanjang tahun 2004 bangsa ini
disemarakkan dengan kenduri besar demokrasi dengan gaya yang baru. Pemilihan
langsung, rakyat Indonesia bisa memilih langsung pemimpin yang akan melaksanakan
mandat rakyat selama 5 tahun kedepan, selama ini rakyat hanya ditipu dalam
setiap peristiwa kenduri politik nasional tersebut, setiap pesta lima tahunan
tersebut rakyat hanya disodorkan dengan pilihan-pilihan politik yang tidak
jelas, memang selama ini kita terlena selalu membeli kucing dalam karung
Demokrasi Pemilu.
Sejak
April 2004 ribuan kursi rakyat diperebutkan baik legislative tingkat
Kabupaten/Kota, Provinsi maupun DPR RI dan satu wajah baru yang dipilih rakyat
yaitu Dewan Perwakulan Daerah (DPD). Lepas dengan apa yang menjadi obesi para
calon waikil rakyat, apakah karena nurani kerakyatan atau pun obesesi kekuasaan
semata yang jelas para poitisi kotor yang selama ini selalu lihai bermain dalam
selokan legislative banyak yang tidak lolos karena rakyat mulai cerdas “Ambil
saja uang mereka tapi jangan pilih mereka” begitulah jargon yang sering
didengungkan oleh konstituen pemilu bersama mahasiswa.
Tahapan
penting dan klimaks dari kenduri politik tersebut adalah pemilihan presiden dan
wakil presiden yang kembali dipilih secara langsung, pemilihan pengemudi
bangsa lima tahun kedepan dilaksanakan
sebanyak 2 kali putaran, entah berapa uang rakyat yang telah dihabiskan. Bulan
Juni 2004 adalah ujung dari penantian dan terjawabnya teka-teki politik atas
pemimpin Indonesia. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 dilantiklah Susilo Bambang
Yudoyono dan Muhammad Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden Republik
Indonesia.
SBY
putra asal Pacitan masuk keistana
kepresidenan dengan membawa sejuta harapan bahkan impian lebih adari 200 juta
rakyat Indonesia untuk sebuah kata yang sering menjadi jargon kampanye SBY-JK “perubahan”,
Perubahan menuju masyarakat yang lebih adil dan sejahtera dan perubahan
terhadap penegakkan supremasi hukum dan hak azasi manusia. Harapan dan impian
itu bahkan telah mengendap dimasyarakat menjadi mitos. Ekspresi masyarakat
terhadap pemerintahan ini sangat tinggi. Ekspresi semakin didorong kebatas
langit karena janji-janji dan buaian politik selama kampanye. Entah mengapa sehingga SBY terobsesi dengan
mitos 100 hari pertama pemerintahannya. Pemerintahan SBY tak tanggung-tanggung
menggunakan bahasa verbal, terapi kejutan. Kata dan bahasa
pembawa pesan, bebarapa kata pun dapat mengubah alur jalannya tinta sejarah.
Kata 100 hari dan terapi kejutan, mudah diingat dan ditangkap oleh rakyat.
Rakyat menerima itu semua sebagai suatu janji dan janji tersebut akan ditagih.
Sekarang mitos 100 hari tersebut tinggal menghitung hari dan rakyat serta
mahasiswa mulai menghiting-hitung dan menagih sejauh mana pemerintahan SBY
telah melunasi hutang politiknya pada rakyat.
Janji
100 hari SBY
Sehari setelah mengumumkan para menteri yang akan
membantu pemerintahannya dengan cover kabinet Indonesia Bersatu, SBY langsung
menggelar rapat kabinet lengkap Dan
mulai merancang target 100 hari pemerintahan yaitu menangkap dalang berbagai
pengeboman DR Azhari Husin dan Noordin M Top, Pengamanan lebaran dan tahun baru
(distribusi BBM dan sembako lancar), Program shock terapi membawa kemeja hijau
kasus hukum yang selama ini tak bisa dibawa kepengadilan, penangan illegal
logging dan semua pejabat harus menyerahkan daftar kekayaan seminggu
setelah menjabat ( Lombok Post, 23 Oktober 2004).
Tidak
ketinggalan kemudian kabinet langsung menggelar rapat koordinasi antar bidang.
Dalam rakor Politik Hukum dan Keamanan yang di lakukan pada 24 Oktober 2004
dilahirkan program 100 hari pertama yaitu :
- Langkah penyelesaian daerah konflik.
Ø
Aceh,
pemerintah akan menvaluasi status darurat sipil berkaitan dengan pelaksanaan
lima operasi terpadu
Ø
Papua,
pemerintah akan mengevaluasi UU No.21 tentang otonomi khusus dan
memperioritaskan pemberantasan OPM/ TPM.
Ø
Mamasa,
Pemerintah akan duduk bersama, mencari jalan damai, aparat keamanan berupaya
mencari pelaku-pelaku kerusuhan.
- Langkah pemberantasan terorisme
Ø
Mengungkap
pelaku peledakan bom didepan kedubes Australia.
Ø
Melanjutkan
upaya pencarian dalang pengeboman DR. Azhari dan Noordin M Top.
- Langkah penegakkan hukum
Ø
Pemberantasan
korupsi
Ø
Pemberantasan
illegal loging dan illegal fishing
Ø
Segera
menyidangkan kasus-kasus bersekala besar , seperti BNI dll.
- Masalah Dalam Negeri
Menyiapkan penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah secara langsung. Departemen dalam negeri akan
menyiapkan software dan segera melaksanakan sosialisasi.
- Masalah Luar Negeri
Ø
Persiapan
mengikuti APEC Summit dan ASEAN Summit.
Ø
Departemen
Pertahanan mengupayakan pencabutan Embargo AS.
Bidang kesejahteraan
rakyat dalam kabinet Indonesia Bersatu juga tidak kalah bersaing untuk
mengusung agenda –agenda penting dalam 100 hari pemerintahan SBY. Dalam Rapat
Koordinasi Kesejahteraan Rakyat dihasilkan proyek 100 hari yaitu:
- Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Mengangkat 245 ribu Calon Pegawai Negeri Sipil.
- Menteri Perumahan Rakyat. Membangun 100 ribu Rumah Sangat Sederhana (RSS).
- Menteri Agama. Peningkatan Pelayanan Haji, memberi makan jama’ah di Madinah.
- Menteri Tenaga Kerja. THR tidak boleh dibayar setelah lebaran, menggelar bursa tenaga kerja didaerah, Pembenahan terminal 3 TKI Soekarno-Hatta.
- Menteri Lingkungan Hidup. Penuntasan kasus buyat, Reklamasi pantura.
- Menteri Pemuda dan Olah Raga. Menyusun Undang-Undang Olah raga.
- Menteri sosial. Kredit tanpa agunan Rp.500 ribu - Rp. 5 juta.
- Menteri Pemberdayaan Perempuan. Sosialisasi Undang-Undang kekerasan dalam rumah tangga.
- Menteri Percepatan Pembangunan. Pertukaran kepala sekolah wilayah barat dan timur.
- Menteri Kesehatan. Pengobatan gratis diruangan kelas 3 rumah sakit pemerintah.
- Menteri Pendidikan Buku pegangan siswa berlaku 5 tahun.
Sedangkan dalam bidang
perekonomian pemerintahan SBY dalam 100 hari akan melakukan antara lain Menteri Perdagangan, Mari
Pangestu, mau memberi perhatian khusus kepada peningkatan daya saing
internasional industri Indonesia agar
kinerja ekspornya lebih baik . Untuk sementara ia tidak mau tackle masalah proteksi
komoditi pertanian yang sangat sarat sentimen politis. Daya saing Indonesia
harus didongkrak dengan empat kiat : (1) penghapusan ekonomi biaya tinggi, (2)
menarik investasi, (3) memperbaiki infrastruktur, dan (4) memperluas akses
pasar ekspor.
Menteri Pertanian memasang
delapan program prioritas antara lain pemberantasan KKN, pemgamanan supply
menghadapi hari-hari raya dan mempersiapkan musim tanam 2004/2005, mengurangi
kemiskinan dan pengangguran dan menghapus proteksi kepada gula dan beras.
Apa Yang Telah Dilakukan
Usia 100 hari pemerintahan SBY-JK
hampir didepan mata, telah banyak janji yang telah disampaikan kepada rakyat
untuk dilaksanakan, namun kita harus melihat sampai hari ini telah berapa dari
semua janji-jani yang telah disampaikan jangan sampai semua itu hanya menjadi
lagu rayuan rindu rakyak terhadap perbaikan nasibnya yang kemudian hanya
menjadi pengantar tidur tanpa ada realisasi.
Gangguan
keamanan yang dilakukan oleh gerakan
separatis yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
masih terjadi bahkan kembali berani mengibarkan bendera bintang kejora pada
hari lahir Organisasi Papua Merdeka. Pencarian atas dua orang buronan dengan
hadiah satu miliar rupiah yaitu Dr Azhari dan Noordin M Top sampai saat ini
belum mendapankan titik terang walaupun
gambar keduanya dengan berbagai modifikasi hampir diseluruh pelosok tanah air
telah disebar.
Pemberantasan
korupsi mulai mendapatkan kemajuan dengan telah dikeluarkannya izin pemeriksaan
terhadap beberapa Gubernur, Bupati/Walikota dan anggota legislatife. Gubernur
NAD tersangka penggelapan dana
APBD untuk membeli helicopter Rusia
senilai Rp. 4 Miliar mulai memasuki tahap persidangan sedangkan sejumlah
Gubernur dan Bupati yang menunggu giliran dikursi terdakwa antara lain :
Gubernur Sumatra Barat Zainal Bakar
(penyelewengan APBD senilai Rp 5,4 milyar), Gubernur Banten Djoko Munan
dar (penyimpangan dana APBD sebesar 14 Milyar) dan Gubernur Nusa Tenggara Barat
Lalu Serinata (penyimpangann APBD senilai Rp. 24 Milyar). Sementara Bupati yang
telah ditetapkan kasusnya sebagai tersangka adalah Bupati Nias, Binahati B.
Baeha (korupsi dana provinsi kehutanan sebesar Rp. 2 milyar), Bupati Kupang,
Rutendau, Barito Selatan, Sorolangun, Nabire, Sukabumi, dan Muara Enim.
Kesadaran pemimpin dinegari ini akan pemberantasan korupsi masih menjadi tanda
tanya besar kerena belum semua menteri menyerahkan daftar kekayaannya,
intimidasi terhadap beberapa aktivis anti korupsi masih terjadi, Sempat terbetik kabar seorang menteri
merayakan hari ulang tahun dan lebaran super mewah di kota Nice Perancis
berserta seluruh anggota keluarganya, sementara rakyat masih tercekam dalam
bayang-bayang kecemasan akan kenaikan BBM, korupsi yang paling ironis terjadi
dalam penerimaan calon Pegawai Negeri Sipil di Departemen Agama provinsi NTB
dengan adanya lima orang yang ditemukan lulus padahal mereka tidak mengikuti
ujian.
Peraturan
tentang pemilihan kepala daerah sampai saat ini belum disiapkan dengan
maksimal, kampaye yang mencuri star
mulai dilakukkan hampir oleh semua para calon
bupati/walikota di Nusa Tenggara Barat dengan sangat gencar dan terbuka
yang bisa menimbulkan konflik antara para pendukung calon, pemerintah daerah
belum berani mengambil tindakan tegas karena perangkat peraturannya belum ada.
Dibidang
Luar Negeri pemerintah dibawah tanggung jawab Menteri Pertahanan Juwono
Soedarsono gagal melakukan lobi dalam upaya pencabutan Embargo AS terhadap
persenjataan militer Indonesia. Tim lobi moratorium hutang Indonesia yang dibawah pimpinan
Menteri Luar Negeri Hasan Wirayuda gagal melobi Paris Club.
Dibidang
Ketenaga Kerjaan, pemulangan terhadap TKI Indonesia bermasalah masih belum
rampung dan masih terjadinya kekerasan terhadap TKI Indonesia.
Dibidang
Lingkugan Hidup pada akhir Nopember 2004 Desa Bojong Kecamatan Klapanunggal,
Bogor bergejolak. Ditempat tersebut akan dibangun Tempat Pembuangan Sampah
Terpadu (TPST) dengan kapasitas sampah
1.500 ton. Warga menolak dan terjadilah tindakan represif yang dilakukan aparat
terhadap aksi penolakan warga, 5 orang tertembak.
Dalam
penegakkan supremasi Hukum dan Hak Asasi Manusia, kasus kematian Misterius
Aktivis HAM Munir sampai saat ini belum terungkap dan pemerintah sempat
tidak memiliki keinginan baik untuk
membentuk Tim Independen untuk mengungkap kasus tersebut.
Dalam
bidang Pendidikan, alokasi 20% anggaran untuk pendidikan masih belum
terealisasi. Kasus SMP 56 Melawai Jakarta Selatan yang berawal dari perjanjian
tukar guling (ruilslag) antara pemerintah DKI Jakarta dan PT Tata Disantara
atas tanah dan bangunan sekolah yang berujung dengan ditutupnya SMP 56 padahal
warga,para murid dan guru tidak ingin meninggalkan sekolah tersebut yang sempat
diproses kepengadilan. Pendidikan anak bangsa kembali dikalahkan oleh
kepentingan segenlir orang.
Pemerintahan
SBY-JK kembali menambah hutang luar negeri bangsa ini. Padahal untuk membayar
hutang luar negeri saja bangsa ini belum sanggup. Dalam hal ini pemerintah
belum berani berkata tegas menolak hutang luar negeri yang sarat akan
kepentingan intervensi terhadap bangsa Indonesia yang memiliki kedaulatan.
Kenaikan
BBM yang akan dilaksanakan awal bulan ini dan diundur karena bancana
kemanusiaan di Nangro Aceh Darussalam, telah menimbulkan kenaikan harga bahah
pokok dipasar sebesar 5-10%. Jika kenaikan BBM benar-benar akan dilaksanakan
oleh pemerintahan SBY-Jk dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal maka ini
adalah awal dari ketidak berpihakan pemerintah terhadap rakyat.
Penanganan musibah Gempa Bumi dan Tsunami di
Nangro Aceh Darussalam dan Sumatra Utara yang sangat lamban dan tanpa ada
koordinasi yang jelas dilapangan antara elemen-elemen yang terlibat disana baik
TNI, sukarelawan maupun tentara Internasional menjadi paremeter bahwa
pemerintah masih keropos untuk dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat untuk menangulangi bencana yang telah
merenggut lebih dari 100 ribu korban jiwa.
Usia
seratus hari pemerintahan bukanlah gambaran keberhasilan dari suatu kinerja
yang akan dilakukan selama 5 tahun periode kepengurusan. Namun, 100 hari sudah
menjadi gambaran sejauh mana pada awal pemerintahan seorang kepala negara
memiliki kepekaan terhadap rakyat dan sejauh mana janji-janji politik yang
disampaikan saat kampanye akan direalisasikan. 100 hari pemerintahan SBY-JK
masih jalan ditempat.
Mahasiswa
dan rakyat harus melakukan evaluasi dan kontrol dalam setiap kebijakan yang
diambil oleh pemerintah karena kita tidak ingin mereka hanya naik dengan cek
kosong dan kemudian memanfaatkan kekuasaan hanya untuk kepentingan pribadi dan
beberapa gelintir orang saja.
Mataram, Januari 2005
IWAN
Wahyudi
* Ketua Badan
Eksekutif Mahasiswa Univertitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (2004-2005).
Makalah
disampaikan pada Pertemuan BEM Se-Indonesia di Universitas Lampung
PEMERINTAHAN SBY-JK DALAM MITOS 100 HARI PEMERINTAHAN
4/
5
Oleh
Iwan Wahyudi Net