Jumat, 18 September 2015

SEPULUH WASIAT IMAM HASAN AL-BANNA



Imam Syahid Hasan Al-Banna merupakan seorang ulama Islam yag memiliki pengaruh besar di abad ini. Gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin yang dipimpin beliau terbukti memberikan kontribusi besar bagi kebangkitan Umat Islam dari tidur mereka yang panjang. Sebagai qiyadah jamaah dakwah, Imam Hasan Al-Banna telah menjadikan gerakan dakwahnya sebagai sebuah organisasi yang dinamis dan aktif dalam melakukan perubahan ditengah-tengah umat diseluruh dunia. Karena fikrah Ikhwaniyah yang dilontarkan Imam Syahid mudah diterima dan menjadi pegangan bagi para mujahid diseluruh medan dakwah.


            Dalam mengarahkan para ikhwah untuk lebih giat berdakwah, Imam Syahid sering memberikan  wejangan yang amat praktis dan mudah diamalkan. Diantaranya adalah yang dikenal sebagai 10 wasiat imam Hasan Al-Banna. Wejangan Imam Syahid yang sepuluh ini bersifat sederhana dan mudah dihafal. Layaknya seperti kiat-kiat aktifitas rutin harian yang setiap saat harus dihayati dan dilaksanakan oleh setiap anggota Jammah Ikhwanul Muslimin. Baca, renungkan dan kerjakan sepuluh wasiat berikut :
1.    Dalam kondisi bagaimanapun, dirikan shalat ketika mendengar adzan.
2.    Baca dan dengarkan Al-Qur’an dan ingatlah Allah, jangan sebagian waktu anda pada hal-hal yang tidak berguna.
3.    Berusahalah untuk bisa berbicara bahasa arab fushhah (baik,tidak pasaran) sebab itu termasuk doktrin Islam.
4.    Jangan memperbanyak debat dalam setiap urusan bagaimanapun bentuknya, sebab pamer kepandaian dan apa yang dinamakan riya’ itu tidak akan mendatangkan kebaikan sama sekali.
5.    Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berinteraksi dengan Allah adalah hati yang tenang dan khusyu’.
6.    Jangan bergurau sebab sebuah ummat yang gigih berjuang tak mengenal selain kesungguhan.
7.    Jangan mengeraskan suara melebihi apa yang dibutuhkan oleh pendengar, sebab itu merupakan kecerobohan dan menyakitkan yang lain.
8.    Jauhi dari menggunjing orang dan menjelek-jelekkan kelompok atau organisasi, jangan membicarakannya selain kebaikan saja.
9.    Kenalkan diri anda kepada saudara-saudara seagama dan seperjuangan walaupun anda tak dituntut, sebab dasar dakwah kita adalah cinta dan kenal.
10. Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang terluang, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya dan jika anda punya kepentingan (tugas) selesaikan segera.
     
            Bagi para aktivis dakwah, sepuluh wasiat bagaikan resep yang sangat manjur untuk mengobati penyakit yang terdapat dalam hati mereka. Hal ini telah teruji sepajang perjalanan dakwah Ikhwan sejak dikumandangkan oleh Imam Syahid sampai pada masa kita saat ini. Wasiat Imam Syahid merupakan rangkuman pemahaman beliau terhadap kandungan Al-Qur’an  dan As-Sunnah yang semestinya mendapat prioritas dalam pengamalannya. Berikut ini penjelasan lebih lanjut :

            Wasiat Pertama : Dalam kondisi bagaimanapun, dirikan shalat ketika mendengar adzan. Wasiat ini mengandung perintah agar setiap Al-Akh mendahulukan shalat lima waktu dari perkara lainnya. Karena Shalat diawal waktu merupakan amal Islam yang paling utama sebagaimana dikemukakan Rasulullah SAW ketika ditanya oleh seorang sahabat “Amal apa yang paling utama ya Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya”. Wasiat ini juga mengharuskan jamaah Ikhwan untuk selalu menanti-nanti waktu Shalat. Akan lebih utama bila seorang Al-Akh itu selalu dalam keadaan wudlu beberapa saat sebelum adzan berkumandang sehingga dia dengan segera dapat mendatangi masjid dan shalat berjamaah. Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah SAW. Bersabda ; “Seandainya orang-orang mengetahui pahala menyambut adzan dan shaf awal (barisan pertama dekat imam), kemudian untuk mendapatkannya harus melalui undian, tentunya mereka mau mengadakan undian itu. Andaikata mereka mengetahui pahala berangkat shalat, niscaya akan cepat-cepat mendatanginya. Dan seandainya mereka mengetahui keutamaan shalat Isya’ dan Subuh, tentu mereka akan segera mendatangi keduanya (berjamaah), walaupun dengan merangkak” (HR. Bukhari dan Muslim). 

            Wasiat kedua : Baca dan dengarkan Al-Qur’an dan ingatlah Allah, jangan sebagian waktu anda pada hal-hal yang tidak berguna. Setiap Al-Akh diwajibkan untuk selalu berinteraksi dengan Kitabullah Al-Qur’an. Mereka wajib membacanya dimana ada kesempatan. Disetiap pertemuan yang diselenggarakan Ikhwah hendaknya dimulai dengan membaca Al-Qur’an. Selain itu Ikhwah juga diminta untuk menelaah atau mentadabburi isi Kitabullah sesering mungkin. Ini bisa dilakukan dengan membaca kitab-kitab tafsir atau buku-buku manhaj Islam yang menguraikan nilai-nilai Al-Qur’an. Bukankah nabi mengatakan bahwa sebaik-baik umat beliau  adalah yang mempelajari dan mengajarkan  Al-Qur’an. Imam Syahid juga mengingatkan agar waktu dimanfaatkan untuk berdzikir dalam segala keadaan. 

            Wasiat ketiga : Berusahalah untuk bisa berbicara bahasa arab fushhah (baik,tidak pasaran) sebab itu termasuk doktrin Islam. Bahasa arab penting untuk dipelajari dikarenakan bahasa arab adalah bahasa Al-Qur’an, bahasa Agama dan bahasa para penghuni syurga. “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf, 12:2).  “dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu’araa, 26 :195). Diantara sumber kekuatan ummat Islam adalah persatuan mereka yang bersifat mendunia. Kunci persatuan adalah kemampuan berkomunikasi cepat, dengan bahasa yang merupakan warisan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Sementara itu orang-orang diluar Islam berusaha sekuat tenaga menjauhkan ummat Islam dari bahasa induk mereka. Mereka mempopulerkan bahasa Inggris dan menyatakan bahwa bahasa arab itu terbelakang. Mereka bahkan ingin agar umat Islam tidak lagi mampu membaca Al-Qur’an atau memahami kandungan maknanya ketika membaca Al-Qur’an tersebut.

            Wasiat keempat : Jangan memperbanyak debat dalam setiap urusan bagaimanapun bentuknya, sebab pamer kapandaian dan apa yang dinamakan riya’ itu tidak akan mendatangkan kebaikan sama sekali. Al-Qur’an sendiri mengingatkan kita dari pembicaraan serampangan karena setan itu memecah belah manusia dari perkataan buruk.“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: " Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Israa’ : 53).  “Tidaklah suatu kaum tersesat setelah mendapatkan petunjuk, kecuali karena mereka suka berdebat “ (HR. At-Tirmidzi). Perdebatan dan fanatisme dapat menyebabkan hati menjadi keras, berkobarnya amarah, tertutupnya kebenaran dan memperturutkan hawa nafsu.

            Wasiat Kelima : Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berinteraksi dengan Allah adalah hati yang tenang dan khusyu’. Imam Syahid melarang para Ikhwah banyak tertawa untuk memelihara dan menjaga kesucian hati mereka agar selalu berdzikir kepada Allah SWT. Banyak tertawa bisa timbul karena adanya yang membanyol, atau menceritakan sesuatu yang membuat orang-orang  tertawa terbahak-bahak. Biasanya tidak jauh dari mengejek dan menghina orang lain baik secara langsung atau tidak. Karena itulah kita diingatkan akan bahaya orang-orang yang banyak tertawa dan sedikit menangis.

            Wasiat Keenam :  Jangan bergurau sebab sebuah ummat yang gigih berjuang tak mengenal selain kesungguhan. Bergurau merupakan aktivitas yang tidak berguna dan bermanfaat. Aktifitas bergurau bisa dengan melakukan perkataan yang bermanfaat atau mendengarkan perkataan yang tidak bermanfaat. “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". (QS.Al-Qashash, 28:55). Imam Syahid Hasan Al-Banna menyatakan bahwa sikap perjuangan Islam adalah bersungguh-sungguh atau serius .

            Wasiat Ketujuh : Jangan mengeraskan suara melebihi apa yang dibutuhkan oleh pendengar, sebab itu merupakan kecerobohan dan menyakitkan yang lain. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS. Al-Hujarat, 49:2) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kafilah Bani Tamim datang kepada Rasulullah SAW. Pada waktu itu Abu Bakar berbeda pendapat dengan Umar tetang siapa yang seharusnya mengurus kafilah itu. Abu Bakar menghendaki agar Al-Qa’qa bin Ma’bad yang mengurusnya, sedang Umar menghendaki Al-Aqra bin Habis. Abu Bakar menegur Umar ‘engkau hanya selalu ingin berbeda pendapat denganku”, dan Umar pun membantahnya. Perbedaan pendapat ini berlangsung hingga suara keduanya terdengar keras. Maka turunlah ayat ini sebagai petunjuk agar meminta ketetapan Allah dan Rasul-Nya dan janganlah mendahului ketetapan-Nya (Diriwayatkan oleh Bukhari dan lain-lain, dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abi Mulaikah, yang bersumber dari ‘Abdullah bin Zubair)

            Wasiat Kedelapan : Jauhi dari menggunjing orang dan menjelek-jelekkan kelompok atau organisasi, jangan membicarakannya selain kebaikan saja. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujarat, 49:12). Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Salman Al-Farisi yang bila selesai makan , suka terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada orang yang mempergunjungkan perbuatannya. Maka turunlah ayat ini yang melarang seseorang mengumpat dan menceritakan keaiban orang lain (Diriwayatkan oleh Ibnu Mundir yang bersumber dari Ibnu Juraij)

            Wasiat Kesembilan : Kenalkan diri anda kepada saudara-saudara seagama dan seperjuangan walaupun anda tak dituntut, sebab dasar dakwah kita adalah cinta dan kenal. ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujarat, 49:13). Untuk meraih hati orang lain pada lagkah pertama adalah dengan memperkenalkan diri dan mengenal orang lain. Dengan perkenalan itu maka jembatan antara hati kita dengan hati orang lain sudah tersambung. Setelah itu potensi untuk saling tolong-menolong dan bekerjasama akan terbuka.

            Wasiat Kesepuluh : Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang terluang, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya dan jika anda punya kepentingan (tugas) selesaikan segera. “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,” (QS. Al-Insyiraah, 94:7). Imam Hassan Al-Banna mengingatkan bahwa tugas para Ikhwah yaitu agenda dakwah sangat banyak. Bahkan lebih banyak dibanding waktu yang tersedia. Umur dakwah ini lebih panjang dari umur para juru dakwah itu sendiri. Mereka tidak boleh menunda-nunda pekerjaan yanh sudah ada di depan mata disebakan pekerjaan lain akan segera menyusul. Karenanya Ikhwah harus bekerjasama untuk saling memudahkan pekerjaan mereka, sebagaimana sering dikemukakan Rasulullah SAW. “Permudahlah jangan mempersulit”. Dalam gerakan dakwah kita kita harus saling melayani dan membantu mempermudah urusan saudara kita sehingga pekerjaan dakwah akan menjadi ringan  dan menyenangkan  Wallahu’alam.


Taujih disampaikan, 12 September 2005
IWAN Wahyudi



Daftar Pustaka
1.    Al-Qur’an dan Terjemahan
2.    Imam Nawawi, Terjemah Riyadus Shalihin Jilid 1 dan 2, Pustaka Amani –Jakarta
3.    Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan 1, Era Intermedia.
4.    Hasan Al-Banna, Surat Terbuka Untuk Aktivis Dakwah
5.    KH.Q.Shaleh, Asbaabun Nuzuul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, Penerbit Diponegoro-Bandung.
6.    Muhammmad Abdullah Al Khatib, Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan, PT Syaamil Cipta Media, Bandung








Related Posts

SEPULUH WASIAT IMAM HASAN AL-BANNA
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.

1 komentar:

Tulis komentar